Google Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Selasa, 29 Desember 2009

The Wonderful Love

MULAI-RABU, 22 MARET 2006

“Yui, jangan kabur kau. . . .” ujar bibi sambil mengejarku. My name is Yui. Haruko. Saat ini aku tinggal bersama bibi yang selalu marah-marah. Pantesan aja suaminya kabur dengan perempuan lain, toh sikapnya kayak macam gitu.
Malam ini langit tampak indah, dalam hati aku bertekat untuk hidup mandiri, karena aku udah bosen mendengar bibi ketus terus. Makanya aku kabur dari rumah. Sambil termenung, tiba-tiba . . . “Auw..” erangku yang kesakitan, sepertinya ada yang menepakku dari belakang. Aku pun tersungkur ke tanah. Pinsan. . .
“Hei, kau tidak apa-apa?” tanya seorang cowok tampan yang ada di depanku, “di mana ini?” tanyaku keheranan “maafkan aku, karena semalam aku tak sengaja menepakmu, jadi kubawa kau kerumahku” jelasnya (Menepak= memukul dari belakang di bagian punggung, Penjelasan). Beberapa menit kemudian terlihat banyak pelayan yang datang menghampiriku, dan “Kyaa. . . apa yang kalian lakukan?” tanyaku ketakutan “gini aku mau minta tolong sama kamu, bolehkan?” tanya cowok tampan itu “minta tolong?” balasku ngak ngerti “kamu mau ngak jadi tunanganku, soalnya hari ini ayah dan ibundaku mau jodohin aku dengan gadis yang ngak kukenal, mau yah” pintahnya “tunangan, kan kita belum saling kenal” kataku ngak menyetujui permintaannya “oh iya ya, kenalkan namaku Rey.Toya, panggil aja Rey. Namamu siapa?” tanya cowok yang bernama Rey itu sambil tersenyum manis padaku “namaku Haruko.Yui” jawabku gugup “ok, tolong dandani dia dengan cantik yac!” pinta Rey pada para pelayan. Didandani ??? Aku kayak “Ratu” saja, pikirku.
Beberapa menit kemudian. . .
“Wah, cantik” puji para pelayan, aku melihat diriku di cermin, selama ini aku sangat tomboi ngak nyangka aku bisa se-cantik ini, pikirku “Gimana udah siap” tiba-tiba Rey muncul dan tampaknya dia juga kaget melihat perubahanku.
“Wah, jadi benar ini tunanganmu, Rey?” tanya ibunda Rey sambil memandangku lekat-lekat (lekat-lekat= memandang dari ujung rambut-ujung kaki) “iya, ibunda” jawab Rey tegas “Hm.. padahal ayah kira anak ayah ini ngak pinter bergaul sama cewek, ternyata salah. Tunanganmu cantik loh” Goda ayah Rey “Wah, gadis yang di jodohkan itu untung ngak datang” bisik Rey sambil sambil tertawa manis, deg-deg. .deg. . jantungku tiba-tiba terasa sangat cepat saat Rey menyentuh sela pipiku “tak terasa sudah malam, Rey antar saja Haruko pulang” ujar ibunda Rey. Seketika mukaku beruba pucat, aku kan habis kabur dari rumah. Gimana nih??? Menyadari keadaanku, tiba-tiba saja. . . “ngak usah, Yui udah tinggal di sini dari beberapa hari yang lalu, bun” jelas Rey sambil mengendongku deg-deg. . jantungku terasa mau copot saja. Saat memasuki kamar, tiba-tiba. . “loh kok, ngak sekamar?” tanya bibi yang muncul tiba-tiba muncul “ngak, aku lebih suka tidur sendirian. Makasih yah Rey” ucapku ketika di tempat tidur, cup.. Rey mengecup keningku. Rasanya mau terbang aja tuh. Sambil memandang tubuh kekar yang pergi menuju pintu keluar kamarku, aku terjatuh di pembaringanku, menuju alam mimpiku.
Huaw. . . rasanya sejuk, matahari pagi sangat hangat “pagi nona” sapa pelayan “apa mau sarapan atau mandi dulu?” tanya pelayan itu “apa Rey sudah bangun?” tanyaku “belum” jawab pelayan itu singkat “aku ingin sarapan dengannya” ucapku pelan “bagaimana kalau nona pergi membangunkan tuan muda” usul pelayan. Aku pun langsung beranjak dari kamarku dan menuju kamar Rey.
Tiba di kamarnya, aku langsung masuk kedalam, ternyata sangat luas di sudut kanan ruangan terbaring cowok tampan itu perlahan ku dekati, belum sempat aku membangunkannya dia telah menangkap tanganku dan. . menarik ku ketempat pembaringannya dan didekapnya aku dalam dadanya. Hangat sangat hangat. Entah berapa lama, hingga aku mulai merasa sesak, aku berusaha melepaskan dekapannya itu. Tiba-tiba. . . “takut?” tanya cowok itu sambil mendekapku erat “jadi, kamu udah bangun dari tadi?” tanyaku binggung ”saat kau masuk tadi” jelasnya “curang, jadi kamu sengaja ya?” tanyaku yang masih kesal “marah ya, akukan hanya ingin bermain sebentar” ujarnya “pokoknya lepaskan aku” aku berusaha merontah, tapi. . . “apa kamu percaya cinta pada pandangan pertama?” tanya Rey serius “lepas. . lepas dadaku sesak” tak bisa menjawab wajahku menjadi merah padam, seperti tersadar “maaf” ucap Rey sambil membetulkan posisinya. Kamipun jadi salah tingkah.
Menit berikutnya, “nona, tuan muda sarapan sudah siap?” kata pelayan mengagetkan kami berdua. Selesai sarapan aku di ajak ibunda Rey jalan-jalan. Rasa hati merindukan orang tuaku, dua tahun yang lalu aku bersama ibu dan ayahku mengalami kecelakaan pas hari kelulusanku dari universitas Los Anggles USA. Hanya aku seorang yang selamat dari kecelakaan itu, setelah kecelakaan itu terjadi aku pulang ke Japan ini, dan tinggal di rumah bibiku yang merupakan adik dari papaku. Tampah terasa air mataku mengalir dipipi “Haruko, kamu tidak apa-apa?” tanya Ibundanya Rey dengan cemas “tidak, aku tidak apa-apa kok” jawabku gugup. Seketika kepalaku menjadi berat, kata-kata ibunda Rey seperti menjauh hingga tak terdengar lagi. . .
“Yui. . yui. .” panggil seseorang dengan lembutnya, kubuka kedua mataku ternyata aku sudah berada di kamarku. Rey membantuku untuk bangun, terlihat wajah-wajah cemas dari Ibunda & ayah Rey serta para pelayan. “kau tidak apa-apa?” tanya Ibunda & ayah Rey serentak “tak apa-apa, maaf sudah membuat cemas” ujarku.
Seharian Rey menjagaku, rasanya nyaman. Beberapa hari aku di rumah besar ini, rasanya jadi ngak enak jika suatu saat nanti aku meninggalkannya. Jika suatu hari mereka mengetahui bahwa sandiwara tunangan ini hanya bohong, aku pasti akan merasa sangat sedih dan kesepian lagi. Saat aku terjaga dari tidurku, wajah tampan dan bertubuh tinggi ini berada di sampingku. Mungkin aku telah jatuh cinta padanya, tapi bukannya ini semua hanya sandiwara, tapi kenapa saat memikirkan itu semua hatiku jadi terasa sakit, pikirku sambil mengelus rambut cowok yang sepertinya kucintai ini.
Malampun menyambut. . .
Rey masih tidak mau meninggalkanku, padahal aku sudah ngak apa-apa. Malam ini cuacanya buruk sama seperti perasaanku buruk sekali. “Kyaa. .” teriakku saat Petir dan kilat muncul bersamaan, suasana menjadi sunyi yang terdengar hanyalah detak jantungku saja, saat menyadari aku sudah berada didalam pelukan Rey, pelukannya semakin erat ketika petir datang menyambar. Kemudian tak berapa lama Rey mulai melepas pelukannya dan menatapku lekat-lekat sungguh di luar dugaan matanya jadi begitu tajam “Rey. . .” ucapku gugup . Semenit kemudian dia memiringkan kepalanya dan menciumku kuat hingga kepalaku tersandar ke dinding, deg-deg. . . rasanya jantungku hampir meledak. Rey terus menciumku kuat tapi hangat, hangat bibir Rey serasa masuk kedalam tubuhku. Tercium pula aroma coklat dari mulutnya. Oh ternyata aku lupa bahwa Rey juga sangat suka coklat sama sepertiku, aku jadi ingin memakan coklat ini (padahal hanya aroma).
Entah berapa lama Rey menciumku, hingga keesokan paginya aku menyadari diriku telah terlelap di dekapan cowok tampan ini. Seketika pipiku memerah, menyadari keadaanku. Tok-tok-tok bunyi pintu kamarku “nona, tuan muda” panggil bibi, aku segera beranjak dari tempat tidur “ada apa, bi?” tanyaku sambil membuka pintu kamar “tadi ada pesan dari nyonya dan tuan besar, katanya semoga nona cepat sembuh. Dan kata nyonya dan tuan besar,kalau Hari ini tuan dan nyonya ada urusan di eropa jadi langsung berangkat pagi-pagi!” jelas bibi “trima kasih ya, sudah memberi tahu” ucapku, setelah menutup pintu aku membuka jendela. Rasanya sejuk, aku paling suka dengan cuaca yang cerah, nyanyian merdu dari para burung sangat menyentuh.
“bagaimana keadaanmu?” tanya Rey saat sarapan pagi “udah baikkan kok” jawabku. Sudah hampir seminggu aku berada dirumah Rey. Sore harinya aku bermaksud mengambil secangkir teh, saat memasuki dapur tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan para pelayan “hei lihat tidak, tuan muda sangat sayang yah pada nona Haruko” ujar salah seorang dari para pelayan tersebut “itu tidak benar, bukannya tuan muda masih mencintai nona Sakura yang dulunya tunangannya” kata pelayan lainnya “iya juga sih, tapi nona Sakura dan nona Haruko hampir mirip yah” kata yang lain “iya, seperti kembar. Pantesan aja tuan muda jadi kelihatan gembira setiap kali melihat nona Haruko” sambung para pelayan “tapi kasihan juga, nona Sakura sudah meninggal karena kangker pada paru-parunya. Kalau mengingat hal itu aku jadi sangat sedih” terlihat wajah para pelayan murung. Ternyata begitu yah, perasaanku jadi kacau, ternyata Rey sama skali tak punya perasaan apapun padaku. Air mata kembali mengalir,aku tak ingin tersiksa seperti ini, ku masuki kamarku dan kuambil tas kumasukkan semua baju, dan pergi. . . sebelumnya aku meninggalkan surat kepada orang yang kucintai, isinya. . .
Maaf jika slama ini aku sudah menyusahkanmu,
skarang aku sudah tidak bisa tinggal bersamamu.
Aku senang, biarpun sebentar tapi aku
bersyukur bisa berjumpa denganmu. . . .
selamat tinggal, Yui. . .

Seminggu kemudian. . .
Aku kembali kerumah bibiku, dan udah kuliah lanjutan untuk sarjana kedokteran. Hatiku masih terasa sakit sampai suatu hari. . . “aduh. . siapa sih yang menepakku?” tanyaku membalikkan badan dan. . . “apa kabar?” tanya seseorang yang berpakaian rapi dengan jas panjangnya “Rey. . .” ujarku saat dia melepas kaca mata hitamnya “kita jalan-jalan yuk” ajaknya sambil memegang tanganku “aku tidak mau, aku masih ada kuliah” kataku sambil menepis tangannya, lalu pergi dari hadapannya, Rey berlari kecil mengejarku dan menarik pergelangan tanganku dan dipeluknya aku erat “aku tak akan melepaskanmu lagi” bisiknya sambil mencium rambutku. Seketika wajahku jadi merah padam, gimana ngak malu inikan tempat umum banyak orang lagi. Sekeliling kami berdua pada kaget “lepaskan Rey” ucapku pelan, Rey baru menyadari bahwa kami sudah jadi pusat perhatian, tiba-tiba dia mulai berlari dan menarikku keluar dari kerumunan orang. Jadi seperti orang yang sedang kawin lari loh. Dadaku berdetak sangat kencang, hingga membuatku jadi susah nafas.
Tak sadar kami telah tiba disebuah taman yang dekat dengan pantai, “capek. . .” kataku sambil jongkok “mau kugendong?” tanya Rey tersenyum manis, aku jadi sangat rindu padanya, pada pelukannya, ciumannya. Tapi cintaku ini hanyalah bertepuk sebelah tangan. Aku jadi sedih setiap kali memikirkan itu semua. “ngak ah” tolakku “kita pulang yah” ajaknya manja “aku ngak mau pulang kerumahmu” ketusku “kenapa??” tanya Rey dengan serius “pokoknya aku tidak bias, lagipula sandwara ini ngak perlu diteruskan lagi…” ucapku pelan, dia menarik tanganku lalu mencium bibirku. Kuat skali. Tanpa terasa air mataku keluar dengan lembutnya Rey mengusap air mataku “maaf” katanya “aku mencintaimu” ucap Rey sambil mengecup keningku “bohong. . . kamu hanya suka padaku karena aku mirip dengan tunanganmu yang bernama Sakura” tak kuasa menahan tangis, aku mengeluarkan semua amarahku padanya “apa maksudmu?” tanya Rey bingung “kau..kau punya seorang tunangan yang bernama Sakura, tapi kini dia telah meninggal, ya kan?” kataku berbalik bertanya “jadi, kamu sudah tahu. Mungkin awalnya aku menyukaimu karna kau mirip Sakura, tapi pada saat kuterima suratmu aku mulai menyadari bahwa kehadiranmu sangat berharga bagiku. Aku mencintaimu bukan karna kau mirip dengan Sakura tetapi aku mencintai dirimu karna dirimu sangat berarti bagiku, kau ingatkan aku perna bertanya padamu tentang cinta pada pandangan pertama saat itu pula aku mulai merasakan sesuatu lain padamu. . . dan … mengenai sandiwara ini semuanya telah kuceritakan pada kedua ortu ku dan mereka tetap mau nerima kamu kembali karna ngak ada yang bias gantiin posisi kamu…” ucap Rey sambil menarik tanganku kedadanya “ dan sekarang dihatiku ini hanya ada Yui seorang” sambungnya. Serasa ingin terbang, Rey menciumku kuat dan memelukku. Rasa sakit dan kesepianku mulai hilang karna hadirnya kembali cintaku.

Beberapa hari kemudian. . . .
“wah. . . pengantin perempuannya cantik yah!” terdengar komentar dari para tamu. Jantungku berdebar cepat “wah tamunya banyak skali” ucapku sambil memegang erat tangan Rey “iya juga sih” jawab Rey. Hari minggu ini aku melangsungkan pernikahanku dengan Rey, banyak tamu yang hadir dalam pernikahan kami. Ayah, ibunda dan bibiku menjadi saksi pernikahan kami.

Malam harinya. . . .
“uuh. . . capek” kataku sambil merentangkan kedua pundakku, tak lama Rey memelukku dari belakang. Dia menciumi leherku “geli..” kataku berusaha mengelak darinya “I Y U” kata Rey sangat lembut. Malam itu merupakan malam pertamaku dengannya. Dengan ini cintaku kini bukan sandiwara lagi, kami menikmati rembulan malam sunyi tanpa adanya gangguan.
Mau tahu ngapain aja mereka semalaman??? Cari tahu aja sendiri!!!!
FINIS-KAMIS, 23 MARET 2006

0 komentar:

Posting Komentar