BAB 1
PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Kepribadian berarti bagaimana orang mempengaruhi orang
lain dan bagaimana mereka memahami dan memandang dirinya, juga bagaimana pola
ukur karakter dalam dan karakter luar mereka mengukur trait dan interaksi
antara manusia – situasi.
1.1 Peran Keturunan dan Otak
Yang
lebih penting dalam pendekatan psikologi/biologi dalam study kepribadian
penampilan eksternal adalah peran keturunan dan otak. Kembar identik alami
berbagi gen yang sama, tetapi jika mereka dibesarkan terpisah (misalnya,
melalui adopsi), maka persamaan dan perbedaan menunjukkan pemahaman mengenai kontribusi
relative keturunan versus lingkungan atau nature versus nurture.
1.2 Penghargaan Diri
Penghargaan
diri berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menilai diri dan citra diri.
Ringkasan terbaru menunjukkan bahwa orang dengan penghargaan diri lebih tinggi
memilliki sikap, perasaan, dan kepuasaan hidup yang positif dan tidak terlalu
cemas, putus asa, dan depresi.
Penghargaan
diri memiliki implikasi yang jelas pada perilaku organisasi. Meskipun dianggap
konsep global, namun ada usaha untuk secara khusus menerapkannya pada domain- domain organisasi. Penghargaan diri pada
organisasi disebut organization based self-esteem (OBSE), yang didefinisikan
sebagai “penilaian diri yang dimiliki individu sebagai anggota organisasi yang
bertindak dalam konteks organisasi”.
1.3 Interaksi Manusia – Situasi
Dimensi
dari ciri kepribadian dan konsep diri menambah pemahaman tentang kepribadian
manusia. Dimensi interaksi kepribadian manusia situasi memberikan pemahaman
lebih lanjut. Secara khusus dimensi tersebut menyatakan bahwa orang itu tidak
statis, bertindak sama dalam semua situasi, tetapi selalu berubah dan
fleksibel. Sebagai contoh, karyawan dapat berubah tergantung pada situasi
tertentu dimana mereka berinteraksi.
1.4 Proses Sosialisasi
Sosialisasi
dimulai dengan hubungan awal antara ibu dan bayi yang baru lahir. Setelah masa
anak-anak, anggota keluarga (ayah,ibu,dan kakak), kerabat dekat dan sahabat
keluarga, dan kemudian kelompok social (teman bermain, teman sekolah,dan
anggota kelompok kerja) memainkan peranan penting.
Teknik khusus mensosialisasikan
karyawan baru mencakup penggunaan mentor atau model peranan, program orientasi dan pelatihan, sistem penghargaan,
dan perencanaan karier.
1.5 Ciri Kepribadian “Big Five”
Disebut
Five Factor Model (FFM), atau dalam bidang perilaku organisasi dan manajement
sumber daya manusia, “Big Five”, ciri tersebut telah menjadi ciri kepribadian
dalam banyak analisis selama bertahun-tahun dan bahkan terjadi antarbudaya.
Baru-baru ini, Big Five diperluas
melalui study meta – analisis untuk menunjukkan hubungan positif antara
motivasi kinerja (penetapan tujuan, harapan dan efikasi diri, semua akan
dibahas pada bab selanjutnya) dan kepuasan kerja.
Table. 7.1. Ciri Kepribadian “Big Five”
Ciri Utama
|
Karakteristik Deskriptif pada Orang dengan Skor
Tinggi
|
Kesungguhan
|
Dapat diandalkan,
pekerja keras, teratur, disiplin diri, gigih, bertanggung jawab
|
Stabilitas emosi
|
Tenang, aman, senang,
tidak khawatir
|
Sifat menyenangkan
|
Kooperatif, hangat,
perhatian, watak baik, sopan, dapat dipercaya
|
Ekstraversi
|
Dapat bersosialisasi,
terbuka, banyak bicara, asertif, suka berteman
|
Terbuka pada pengalaman
|
Ingin tahu, intelek,
kreatif, terpelajar, sensitive, fleksibel, imanjinatif
|
1.6 Myers – Briggs Type Indicator (MBTI)
Sementara
Big Five muncul dari penelitian dasar dan secara umum berhubungan denga kinerja
secara signifikan, MBTI didasarkan pada teori yang sangat tua, dengan dukungan
penelitian terbaik, tetapi digunakan secara luas dan sangat popular dalam
konseling karier, pembentukan tim, manajement konflik dan analisis gaya
manajement. Dengan demikian, dihasilkan empat dimensi atau ciri kepribadian:
1.
Introversion
/ extraversion (introversi/ekstraversi)
2.
Perceiving
/ judging (penilaian/pendapat)
3.
Sensing
/ intuition (indera/intuisi)
4. Thingking / feeling (pikiran/perasaan)
BAB 2
SIFAT & DIMENSI SIKAP
Kepribadian dan sikap
merupakan proses kognitif yang kompleks. Perbedaannya adalah kepribadian
biasanya dianggap sebagai manusia seutuhnya, sedangkan ciri/trait dan sikap
dianggap sebagai pembentuk kepribadian.
Sikap
dapat ditandai dengan tiga cara. Pertama, sikap cenderung bertahan kecuali ada
sesuatu dilakukan untuk mengubahnya. Kedua, sikap dapat mencakup rangkaian dari
yang sangat disukai sampai yang sangat tidak disukai. Ketiga, sikap diarahkan
pada beberapa objek dimana orang memiliki perasaan (kadang-kadang disebut
“pengaruh”) dan kepercayaan.
2.1 Komponen sikap
Sikap
dapat dibagi menjadi tiga komponen dasar; emosi, informasi, dan perilaku.
Komponen emosi mencakup perasaan seseorang-positif,netral, atau
negative-mengenai objek.
Table. 7.2. Dimensi Teori Jung dan
Myers-Briggs Type Indicator
|
Darimana
anda mendapatkan energi ?
|
|
Ekstraversi
(E)
|
-----------------------------------------
|
Introversi (l)
|
Terbuka
Interaksi
Bicara,
kemudian
Berpikir
Suka
berteman
|
|
Pendiam
Konsentrasi
Berpikir, kemudian
Berbicara
reflektif
|
|
Perhatian
& informasi ditujukan untuk apa?
|
|
Sensing
(S)
|
-----------------------------------------
|
Intuiting (N)
|
Praktis
Detail
Konkrit
Spesifik
|
|
Umum
Kemungkinan
Teoritis
Abstrak
|
|
Bagaimana anda mengevaluasi dan
membuat keputusan ?
|
|
Thingking
(T)
|
-----------------------------------------
|
Feeling (F)
|
Analitis
Otak
Aturan
Keadilan
|
|
Subjektif
Perasaan
Lingkungan
Belas kasihan
|
|
Bagaimana
anda mengorientasikan diri pada dunia luar ?
|
|
Judging
(J)
|
-----------------------------------------
|
Perceiving (P)
|
Terstruktur
Berorientasi
pada
Waktu
Tegas
Teratur
|
|
Fleksibel
Penyelesaian
Terbuka
Eksplorasi
Spontan
|
Komponen
informasi terdiri dari kepercayaan (belief) dan informasi yang dimiliki individu
mengenai objek. Tidak ada perbedaan apakah informasi tersebut rill atau konkret
secara empiris.
Komponen
perilaku terdiri dari kecenderungan seseorang untuk berperilaku tertentu
terhadap objek. Misalnya, penyelia yang menetapkan masa dua minggu pelatihan
pada semua orang baru.
Penting
diingat bahwa dari tiga komponen sikap, hanya komponen perilaku yang dapat
diamati secara langsung. Seseorang tidak dapat melihat perasaan orang lain
(komponen emosional) atau kepercayaan (komponen informasi). Dua komponen
tersebut hanya dapat diduga..
2.2 Fungsi Sikap
Beberapa
tahun silam, Katz menyatakan bahwa sikap bertindak sebagai empat fungsi penting
dalam proses berikut :
·
Fungsi Penyesuaian
Sikap sering membantu
orang menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja mereka. Misalnya, jika karyawan
yang diperlakukan dengan baik ditanyai manajement atau organisasi,mereka
cenderung mengatakan hal yang baik.
·
Fungsi Pertahanan Ego
Selain membantu karyawan
menyesuaikan diri, sikap juga membantu mereka mempertahankan citra diri.
Misalnya, manajer lebih tua yang keputusannya terus ditentang manajer bawahan
yang lebih muda mungkin meresa bahwa anak muda tidak sopan, sombong, belum
dewasa dan tidak berpengalaman.
·
Fungsi Mengekspresikan Nilai
Sikap memberikan dasar
pengekspresian nilai. Misalnya, manajer yang sangat menyakini etika kerja akan
cenderung mengomentari sikap individu tertentu atau praktik kerja tertentu
sebagai alat untuk merefleksikan nilai.
·
Fungsi Pengetahuan
Sikap membantu menyediakan
standard dan kerangka referensi memungkinkan orang untuk mengelolah dan
menjelaskan dunia disekitar mereka. Misalnya, organisator serikat mungkin
memiliki sikap yang negative terhadap manajement.
BAB 3
MENGUBAH SIKAP
3.1 Hambatan untuk Mengubah Sikap
Terdapat dua hambatan
dasar yang dapat mencegah orang mengubah sikap mereka :
-
Komitment
sebelumnya, yang terjadi saat orang membuat komitment pada tindakan tertentu
dan tidak ingin berubah.
-
Akibat
informasi yang tidak memadai. Kadang-kadang orang tidak melihat alasan untuk
mengubah sikap. Pimpinan mereka mungkin tidak menyukai sikap negative rekan
kerjanya, tetapi akhirnya senang dengan perilakunya sendiri.
3.2 Menyediakan Informasi Baru
Untungnya, ada cara agar
hambatan dapat diatasi dan sikap dapat berubah. Salah satunya adalah dengan
menyediakan informasi baru. Kadang-kadang informasi akan mengubah keyakinan
seseorang, dan selanjutnya mengubah sikapnya.
3.3 Penggunaan Rasa Takut
Cara kedua untuk mengubah
sikap adalah melalui pemanfaatan rasa takut. Beberapa peneliti menemukan bahwa
ketakutan dapat menyebabkan beberapa orang mengubah sikapnya. Akan tetapi,
tingkat ketakutan sepertinya penting untuk hasil akhir.
3.4 Memecahkan Masalah Ketidaksesuaian
Cara lain yang dapat
mengubah adalah dengan memecahkan masalah ketidaksesuaian antara sikap dan
perilaku. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa saat pelamar kerja memiliki
lebih dari satu tawaran pekerjaan dan dipaksa untuk memilih, mereka merasa
bahwa pilihan terakhir mereka adalah kesalahan.
3.5 Pengaruh Teman atau Rekan Kerja
Cara lain yang dapat
menyebabkan perubahan sikap adalah melalui persuasi dari teman atau rekan
kerja. Misalnya, jika Joe Smith mengelolah rekening pengeluarannya dan
menemukan bahwa rekan dalam bidang penjualan tidak melakukannya, dia mungkin
mengubah sikapnya.
3.6 Pendekatan Co-opting
Cara terakhir dimana
perubahan sikap sering terjadi adalah dengan Co-opting, yang berarti membawa
orang yang tidak puas dengan situasi tertentu dan melibatkan mereka dalam
mengembangkan sesuatu. Misalnya, Nansy merasa bahwa lebih banyak kebutuhan yang
diperlukan untuk mengembangkan benefit karyawan.
BAB 4
KEPUASAN KERJA
Sikap karyawan yang
berkaitan dengan kepuasan kerja dan komitment organisasi adalah minat utama
dalam bidang perilaku organisasi dan praktik manajemen daya manusia. Sikap
(sebagaimana telah didiskusikan) sejauh ini punya implikasi langsung terhadap
kepuasan kerja.
4.1 Apa yang dimaksud Kepuasan Kerja ?
Terdapat tiga dimensi yang
diterima secara umum dalam kepuasan kerja :
1.
Kepuasan
kerja merupakan respons emosional terhadap situasi kerja.
2.
Kepuasan
kerja sering ditentukan menurut seberapa baik hasil yang hasil yang dicapai
memenuhi atau melampaui harapan.
3.
Kepuasan
kerja mewakili beberapa sikap yang berhubungan.
4.2 Pengaruh pada Kepuasan Diri
Pekerjaan
itu sendiri
Kepuasan pekerjaan itu sendiri
merupakan sumber utama kepuasan. Misalnya, penelitian yang berhubungan dengan
pendekatan karakteristik pekerjaan pada desain kerja, (yang dibahas pada Bab
15) menunjukkan bahwa umpan balik dari pekerjaan itu sendiri dan otonomi
merupakan dua factor motivasi utama yang berhubungan dengan pekerjaan.
·
Gaji
Bab 5 membahas secara
detail mengenai gaji dan benefit. Upah dan gaji dikenal menjadi
signifikan,tetapi kognitif dan merupakan factor multidimensi dalam kepuasan
kerja.
·
Promosi
Kesempatan promosi
sepertinya memiliki pengaruh yang berbeda pada kepuasan kerja. Hal ini
dikarenakan promosi memliki sejumlah bentuk yang berbeda dan memiliki berbagai
penghargaan.
·
Pengawasan
Pengawasan (supervise)
merupakan sumber penting lain dari kepuasan kerja. Akan tetapi, untuk saat ini
dapat dikatakan bahwa ada dua dimensi gaya pengawasan yang mempengaruhi
kepuasan kerja :
1.
Berpusat
pada karyawan, diukur menurut tingkat dimana penyelia menggunakan ketertarikan
personal dan peduli pada karyawan.
2.
Partisipasi
atau pengaruh, seperti di ilustrasikan oleh manajer yang memungkinkan orang
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi pekerjaan
mereka.
·
Kelompok Kerja
Sifat alami dari kelompok
atau tim kerja akan mempengaruhi kepuasan kerja. Pada umumnya, rekan kerja atau
anggota tim yang kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja yang paling
sederhana pada karyawan secara individu.
·
Kondisi Kerja
Kebanyakan orang tidak
menempatkan kondisi kerja sebagai masalah besar kecuali jika lingkungan kerja
benar-benar buruk. Selain itu, saat ada keluhan mengenai kondisi kerja,
kadang-kadang hal ini tidak lebih dari manifestasi masalah lain. Misalnya,
manajer mengeluh bahwa kantornya tidak dibersihkan dengan baik oleh pekerja
malam, tetapi kemarahannya sebenarnya berasal dari rapat yang dia lakukan
dengan pimpinan pada hari itu dimana ia
mendapat evaluasi kerja yang buruk.
4.3 Hasil Kepuasan Kerja
Dari sudut pandang
masyarakat dan karyawan individu, kepuasan kerja merupakan hasil yang
diinginkan. Akan tetapi, dari perspektif keefektifan organisasi dan manajerial
yang pragmatis, penting untuk mengetahui bagaimana kepuasan kerja berhubungan
dengan variabel hasil.
·
Kepuasan dan Kinerja
Mungkin kesimpulan terbaik
mengenai kepuasan dan kinerja adalah karena terdapat hubungan yang pasti
didalamnya, tetapi mungkin tidak sebesar kebijakan konvensional yang
mengasumsikan karyawan yang merasa senang sebagai karyawan yang produktif.
·
Kepuasan dan Pergantian Karyawan
Kepuasan kerja yang tinggi
tidak akan membuat pergantian karyawan menjadi lebih rendah, tetapi hal
tersebut mungkin membantu. Sebaliknya, jika terdapat ketidakpuasan kerja, maka
pergantian karyawan mungkin tinggi.
·
Kepuasan dan Ketidakhadiran
Penelitian hanya
menunjukkan hubungan negative yang lemah antara kepuasan dan ketidakhadiran.
Seperti halnya dengan pergantian karyawan, banyak variabel lain yang menjadi
pertimbangan untuk menetap selain kepuasan kerja.
·
Pengaruh Lain dan Cara untuk
Meningkatkan Kepuasan
Penelitian melaporkan
bahwa karyawan yang tingkat kepuasannya tinggi cenderung memiliki kesehatan
fisik yang lebih baik, memelajari tugas yang berhubungan dengan pekerjaan baru dengan lebih cepat, memiliki sedikit
kecelakaan kerja, dan mengajukan lebih sedikit keluhan.
BAB 5
KOMITMENT ORGANISASI
5.1 Pengertian Komitment Organisasi
Sebagai sikap, komitment
organisasi paling sering didefinisikan sebagai :
(1) Keinginan kuat untuk tetap sebagai
anggota organisasi tertentu
(2) Keinginan untuk berusaha keras sesuai
keinginan organisasi
(3) Keyakinan tertentu, dan penerimaan
nilai dan tujuan organisasi
Dengan kata lain, ini merupakan sikap
yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan
dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan
keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.
5.2 Hasil Komitment Organisasi
Ringkasan penelitian dari
dulu sampai sekarang menunjukkan hubungan yang positif antara komitment
organisasi dan hasil yang diinginkan seperti kinerja tinggi, tingkat pergantian
karyawan yang rendah, dan tingkat ketidakhadiran yang rendah.
5.3 Pedoman untuk Meningkatkan Komitment Organisasi
Berikut ini, Dessler
memberikan pedoman khusus untuk mengimplementasikan sistem manajement yang
mungkin memecahkan masalah dan meningkatkan komitment organisasi pada diri
karyawan :
1.
Berkomitment
pada nilai utama manusia. Membuat aturan tertulis, mempekerjakan manajer yang
baik dan tepat, dan mempertahankan komunikasi
2.
Memperjelas
dan mengomunikasikan misi anda. Memperjelas misi dan ideology; berkharisma;
menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai; menekankan orientasi
berdasarkan nilai dan pelatihan; membentuk tradisi
3.
Menjamin
keadilan organisasi. Memiliki prosedur penyampaian keluhan yang komprehensif;
menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif
4.
Menciptakan
perkembangan karyawan. Membangun homogenitas berdasarkan nilai; keadilan;
menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja tim; berkumpul bersama
5.
Mendukung
perkembangan karyawan. Melakukan aktualisasi; memberikan pekerjaan menantang
pada tahun pertama; memajukan dan memberdayakan; mempromosikan dari dalam;
menyediakan aktivitas perkembangan ; menyediakan keamanan kepada karyawan tanpa
jaminan.
5.4 Perilaku Sosial Organisasi (OCB)
Bagian kesimpulan yang
tepat untuk bab ini, yang mencakup kepribadian dan sikap, adalah perilaku
anggota organisasi/prososial, atau disingkat OCB (organization citizenship
behavior). Dasar kepribadian OCB ini merefleksikan cirri/trait predisposisi
karyawan yang kooperatif, suka menolong, perhatian, dan bersunggung-sungguh.
OCB dapat memiliki banyak bentuk,
tetapi bentuk utamanya dapat disimpulkan sebagai berikut :
(1) Altruism (misalnya, membantu saat
rekan kerja tidak sehat)
(2) Kesungguhan (misalnya, lembur untuk
menyelesaikan proyek)
(3) Kepentingan Umum (misalnya, rela
mewakili perusahaan untuk program bersama)
(4) Sikap Sportif (misalnya, ikut
menanggung kegagalan proyek tim yang mungkin akan berhasil dengan mengikuti
nasihat anggota)
Sopan (misalnya,
memahami dan berempati w
0 komentar:
Posting Komentar