1.1
Teori
Organisasi
1.1.1 Akar
Historis
Perubahan
nyata pemikiran klasik mengenai struktur organisasi secara umum diakui menjadi
karya Chester Barnard. Dalam bukunya berjudul The Functions of the Executive, ia mendefinisikan organisasi formal sebagai sistem dari
aktivitas dua manusia atau lebih yang terkoordinasi secara sadar.
Barnard
menyatakan bahwa sistem kooperatif merupakan gabungan antara kemampuan manusia
untuk berkomunikasi dan kemauan mereka untuk melakukan dan memper-juangkan
tujuan umum.
Dari
pandangan inilah kemudian teori organisasi modern berkembang dalam beberapa
arah. Perkembangan utama dalam teori organisasi adalah melihat organisasi
sebagai sebuah sistem yang terbentuk dari bagian-bagian yang saling
berinteraksi. Perkembangan selanjutnya dalam teori organisasi adalah teori
kontingensi. Premis pendekatan kontingensi adalah tidak ada cara tunggal yang
paling baik untuk mengorganisasi. Desain organisasi harus disesuaikan dengan
kondisi lingkungan yang ada.
Salah satu pendekatan teoritis modern adalah
pandangan organisasi mengenai seleksi alam atau ekologi. Teori ekologi
organisasi menentang pendekatan kontingensi. Pendekatan kontingensi menyatakan
bahwa organisasi berubah melalui transformasi dan adaptasi internal, sedangkan
pendekatan ekologi berpendapat bahwa perubahan adalah proses “penyelamatan dari
mereka yang paling sesuai”; terdapat proses seleksi dan pergantian organisasi.
1.1.2 Organisasi
Sebagai Sistem Terbuka
Kunci
untuk melihat organisasi sebagai sistem terbuka adalah pengakuan lingkungan
eksternal sebagai sumber input yang signifikan. Dalam terminologi sistem,
batasan organisasi dapat menembus lingkungan eksternal (sosial, hukum, teknik,
ekonomi, dan politik).
Sistem
terbuka yang paling sederhana terdiri dari sebuah input, proses transformasi,
dan output yang digambarkan sebagai berikut:
input proses transformasi output
Sebuah
sistem tidak dapat bertahan tanpa input yang berkelanjutan, proses
transformasi, dan ouput.
Inti
sistem terbuka adalah proses, operasi atau saluran yang mentransformasi input
menjadi output. Di sinilah desain organisasi internal memainkan peranan
penting. Proses transformasi mencakup jaringan logis dari berbagai subsistem
yang menghasilkan output. Subsistem diterjemahkan menjadi jaringan sistem
kompleks yang mentransformasi input menjadi output yang diinginkan.
Konsep
sistem terbuka sederhana memiliki kemampuan pakai yang bersifat universal.
Fenomena biologis, manusia, social, ekonomi, atau teknik dapat
dikonseptualisasikan dalam konteks sistem terbuka.
Pemikiran
baru tentang sistem muncul dalam konteks pembelajaran organisasi. Seperti
dikatakan oleh Peter Senge:
Sekarang
ini, lingkup pemikiran tentang sistem telah berubah. Karena kekuasaan dan
otoritas didistribusikan lebih luas, maka semakin penting bagi manusia, melalui
organisasi, untuk dapat memahami bagaimana tindakan mereka memengaruhi yang
lain. Untuk melakukan hal tersebut, pemain lokal memerlukan sistem informasi
yang lebih baik sehingga mereka dapat menyadari kondisi sistem secara keseluruhan.
1.1.3 Pandangan
Organisasi Sebagai Pemrosesan Informasi
Pandangan
pemrosesan informasi memunculkan 3 pendapat utama mengenai organisasi,
diantaranya:
·
Organisasi merupakan sistem terbuka yang
menghadapi ketidakpastian lingkungan eksternal (misalnya, teknologi informasi
atau ekonomi baru) dan lingkungan yang berhubungan dengan tugas internal
·
Dengan adanya berbagai sumber
ketidakpastian, maka fungsi dasar dari struktur organisasi adalah membuat
konfigurasi unit kerja (dan hubungan antara berbagai unit kerja tersebut) yang
paling tepat, untuk memfasilitasi pengumpulan, pemrosesan, dan distribusi
informasi secara efektif.
·
Pentingnya subunit atau berbagai
departeman di sebuah organisasi.
1.1.4 Teori
Organisasi Kontingensi dan Ekologi
Teori
kontingensi proaktif dan analogis dengan perkembangan manajemen kontingensi
secara keseluruhan. Secara khusus, model kontingensi berhubungan dengan
bagaimana desain organisasi sesuai dengan lingkungan internal (misal, teknologi
dan proses pekerjaan) dan lingkungan eksternal (misal, teknologi informasi
(termasuk internet) dan globalisasi).
Beberapa
ahli teori organisasi merasa teori kontingensi sebaiknya diganti dengan
pandangan ekologi. Pendekatan ini biasa disebut “ekologi populasi”.
Teori
ekologi memberikan gambaran tentang organisasi yang jauh berbeda dengan
gambaran yang diberikan oleh pendekatan klasik atau bahkan modern. Pendekatan
yang lebih rasional dan proaktif pada bidang manajemen membuat struktur
organisasi mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan agar lebih diterima
dan praktis.
Drucker
menyatakan:
Hampir
tanpa diketahui public, dan hamper diabaikan oleh media press bisnis dan analisis
keuangan, ledakan sebenarnya ada di dalam semua jenis aliansi seperti
kemitraan, bisnis besar yang membeli saham minoritas dengan perjanjian kerja
sama penelitian atau pemasaran, joint
venture, dan perjanjian nonformal serta kontrak yang mengikat secara hokum
di balik perjanjian tersebut.
1.1.5 Organisasi
Pembelajaran
Organisasi
yang digambarkan sebagai sistem pembelajaran bukanlah hal baru.
Ada
perbedaan antara 2 jenis pembelajaran yang diterapkan pada organisasi, yaitu:
·
Pembelajaran single-loop mencakup pengembangan kapasitas organisasi untuk
mencapai tujuan yang diketahui.
·
Pembelajaran double-loop mengevaluasi kembali sifat tujuan organisasi dan nilai
serta kepercayaan di sekitarnya.
Seperti telah dinyatakan, Peter Senge
dan rekannya menggambarkan organisasi pembelajaran dari perspektif teori sistem
dan membuat perbedaan penting antara pembelajaran generatif dan adaptif.
Pembelajaran adaptif adalah tahap
pertama dari organisasi pembelajaran, yaitu menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan.
Pembelajaran generatif mencakup
kreativitas dan inovasi, lebih dari sekadar beradaptasi terhadap perubahan yang
ada dan mengantisipasi perubahan. Proses generatif adalah membentuk kembali
seluruh pengalaman organisasi dan pembelajaran dari proses tersebut.
1.1.6 Perilaku
Organisasi dalam Organisasi Pembelajaran
Dalam
perilaku organisasi, di tingkat karyawan individual, organisasi pembelajaran
adaptif berhubungan dengan reaksi karyawan atas perubahan lingkungan dengan
respons rutin standar yang sering berupa solusi jangka pendek. Sebaliknya,
pembelajaran generatif yang menekankan eksperimen dan umpan balik yang
berlanjut, akan secara langsung memengaruhi pendapat seseorang mengenai
penentuan dan pemecahan masalah.
Organisasi
pembelajaran juga ditandai dengan nilai budaya yang berorientasi pada manusia
seperti:
·
Setiap manusia dapat menjadi sumber ide
yang berguna, personalia harus memberi akses informasi sehingga menjadi nilai
berharga untuk mereka
·
Manusia yang dekat dengan sumber masalah
biasanya punya ide pemecahan masalah terbaik, jadi pemberian wewenang sebaiknya
dilakukan melalui struktur
·
Aliran pembelajaran naik dan turun, jadi
manajer dan karyawan dapat keuntungan
·
Ide baru adalah penting, sebaiknya
didorong dan dihargai
·
Kesalahan sebaiknya dilihat sebagai
kesempatan belajar. Belajar dari kesalahan merupakan nilai budaya yang penting
bagi manusia dalam organisasi pembelajaran
1.1.7 Organisasi
Pembelajaran dalam Praktik
Organisasi
pembelajaran mendobrak karakter dan mengajarkan manusia untuk melihat sesuatu
secara berbeda. Cara lain untuk mengoperasionalisasi proses pembelajaran dalam
organisasi adalah mengembangkan pemikiran sistematis antarmanajer. Hal tersebut
mencakup kemampuan untuk melihat hubungan antara persoalan, peristiwa, dan data
sebagai keseluruhan daripada sebagai rangkaian yang terpisah. Organisasi
pembelajaran mengajarkan manusia untuk mengidentifikasi sumber konflik yang
terjadi dengan anggota, unit, dan departemen lain serta untuk bernegosiasi dan
membuat imbal balik secara cekatan dan cepat.
Praktik
lainnya dari pembelajaran organisasional adalah mengembangkan kreativitas di
antara personel. Kreativitas adalah kemampuan untuk merumuskan pendekatan
khusus bagi pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dalam organisasi
pembelajaran generatif, kreativitas diakui sebagai keahlian dan kemampuan
wajib. Dua dimensi kreativitas kritis yang meningkatkan dan membantu kebebasan
kreativitas adalah fleksibilitas seseorang dan kemauan untuk mengambil resiko.
Akibatnya, banyak organisasi pembelajaran mengajarkan kepada individu bagaimana
memeriksa kebiasaan pekerjaan dan mengubah perilaku yang membatasi pemikiran.
Praktik
lainnya adalah pengembangan rasa percaya
diri, ditandai dengan kesadaran terhadap nilai individu dan nilai organisasi
serta pendekatan proaktif untuk memecahkan masalah.
1.2
Desain
Organisasi Modern
Sama dengan ahli teori organisasi,
banyak manajer praktisi yang menjadi kecewa dengan cara bagaimana organisasi
mereka didesain.
Fungsi
|
Organisasi
Tradisional
|
Organisasi
Pembelajaran
|
Menentukan
arah keseluruhan
|
Visi
manajemen puncak
|
Ada
persamaan visi yang muncul dari banyak tempat, tetapi manajemen puncak
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa visi tersebut ada dan dipelihara
|
Perumusan
dan implementasi ide
|
Manajemen
puncak memutuskan apa yang dilakukan dan anggota organisasi yang lain
bertindak menurut ide tersebut.
|
Perumusan
dan implementasi ide terjadi di semua level organisasi.
|
Sifat
pemikiran organisasional
|
Setiap
individu bertanggung jawab atas pekerjaannya dan fokus pada pengembangan
kompetensi individual.
|
Karyawan
memahami tugas masing-masing, juga cara dimana pekerjaan mereka saling
terkait dan memengaruhi karyawan lainnya
|
Resolusi
konflik
|
Konflik
diselesaikan melalui kekuasaan dan pengaruh hierarki
|
Konflik
diselesaikan melalui pembelajaran kolaboratif dan dengan menyatukan berbagai
sudut pandang yang berbeda-beda dari individu di organisasi keseluruhan.
|
Kepemimpinan
dan motivasi
|
Peran
pemimpin adalah membangun visi organisasi, memberikan penghargaan dan hukuman
yang tepat, dan mengendalikan keseluruhan aktivitas karyawan
|
Peran
pemimpin adalah membangun visi bersama, memberdayakan karyawan,
menginspirasikan komitmen, dan mendorong pengambilan keputusan efektif
melalui pemberdayaan dan kepemimpinan karismatik.
|
1.2.1 Organisasi
Horisontal
Desain
horisontal menggantikan organisasi vertikal hierarkis tradisional.
Frank
Ostroff, konsultan McKinsey dan Company, berssama dengan Douglas Smith,
mendapat penghargaan karena mereka mengembangkan beberapa pedomanyang
menegaskan desain organisasi horizontal. Pedoman tersebut adalah :
Ø Organisasi
menjalankan proses, bukan tugas.
Ø Hierarki
dibuat rata.
Ø Tim
digunakan untuk mengelola semua hlm
Ø Pelanggan
mengendalikan performa
Ø Kinerja
tim dihargai
Ø Hubungan
pemasok dan pelanggan dimaksimalkan.
Ø Semua
karyawan mendapat informasi penuh dan dilatih.
Buku yang berjudul “The
Horizontal Organization”, menunjukkan prinsip sebagai berikut:
Ø Membuat
tim-bukan individu-menjadi batu penjuru desain dan kinerja organisasi.
Ø Menurunkan
hierarki dengan mengeliminasi pekerjaan-pekerjaan yang tidak bernilai tambah
dan dengan memberikan kekuasaan kepada anggota tim uuntuk membuat
keputusan-keputusan yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas mereka
dalam aliran proses.
Ø Menekankan
kompetensi dan melatih orang-orang untuk menangani persoalan dan bekerja dalam
area lintas-fungsi.
Ø Mengukur
sasaran kinerja akhir proses, kepuasan pelanggan, kepuasan karyawan, dan kontribusi
finansial.
Ø Membangun budaya keterbukaan, kerja sama dan
kolaborasi, budaya yang fokus pada peningkatan kinerja yang terus-menerus dan
nilai-nilai pemberdayaan karyawan, tanggung jawab, dan kesejahteraan karyawan.
1.2.2 Desain
Jaringan
Desain jaringan lebih luas dari struktur horizontal
dan secara total meninggalkan struktur organisasi klasik, hierarki, dan
fungsional. Model birokrasi bekerja dengan baik dalam era sebelumnya saat
terdapat sedikit kompetisi dan kondisi pasar lebih stabil, dan sebelum ada kondisi
‘tanpa batas’ oleh karena kemajuan teknologi informasi dan globalisasi. Seperti
diamati oleh Rosalie Tung baru-baru ini:
Kehadiran
Internet (salah satu jaringan terbesar di dunia), kemajuan luar biasa dalam
alat dan mode telekomunikasi, dan globalisasi ekonomi dunia yang berlanjut
telah mengubah segalanya-sekarang ini dimungkinkan untuk membentuk jaringan
yang menghubungkan banyak orang, organisasi, dan system di banyak bagian dunia
pada tingkat dan kecepatan luar biasa. Sebagai contoh, beberapa situs Web
terkenal mendapat 5 juta kunjungan setiap harinya, dengan demikian ada akses
instan kepada informasi dan ada pertukaran ide antarmanusia dari beberapa
lokasi geografis yang berbeda. Demikian pula, manusia dari bagian dunia yang
jauh bekerja secara bersama-sama dalam tim virtual pada berbagai tipe proyek.
Untuk memenuhi tantangan perubahan yang revolusioner
seperti itu, organisasi beralih ke struktur jaringan.
Organisasi jaringan telah dibahas dalam buku
akademis selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, ahli teori organisasi Miles dan
Snow mengidentifikasi apa yang mereka sebut dinamika
jaringan. Dinamika jaringan meliputi kombinasi yang unik dari strategi,
struktur, dan proses manajemen. Mereka baru-baru ini mendeskripsikan organisasi
jaringan sebagai berikut: “Tidak berlapis-lapis, sangat fleksibel, dan
dikontrol oleh mekanisme pasar ketimbang
oleh prosedur administratif; perusahaan dengan struktur baru seperti itu
menempatkan diri mereka sendiri pada rantai nilai industry menurut kompetensi
utama, memperoleh sumber daya komplementer melalui aliansi strategis dan outsourcing.” Juga terdapat penelitian
yang menunjukkan dampak struktur dan teknologi informasi terhadap perilaku dan
hasil akhir jaringan.
Dengan adanya tim, outsourcing (berkonsentrasi pada
kompetensi utama dan membentuk kemitraan dengan pihak luar untuk melakukan
berbagai aktivitas dan fungsi organisasi) dan, terutama aliansi (dua perusahaan
atau lebih membangun hubungan kolaborasi yang sangat erat yang
aktivitas-aktivitasnya menghasilkan lebih dari tiga kalinya pendapatan
perusahaan), telah membuat desain jaringan dapat dipraktikkan dengan sukses
oleh banyak organisasi. Tapscott dan Caston mencatat bahwa organisasi jaringan
yang seperti itu adalah “berbasis tim dan bisnis yang kooperatif dan dengan
berbagai disiplin, yang membangun jaringan bersama-sama pada perusahaan. Desain
jaringan bukanlah struktur yang kaku, melainkan sebuah arsitektur organisasi
modular di mana tim bisnis beroperasi sebagai sebuah jaringan yang kita sebut
fungsi kliien dan server.
Hierarki Tradisional versus Organisasi Jaringan
Dimensi/Karakteristik
|
Organisasi
Tradisional
|
Organisasi
Jaringan
|
Struktur
|
Hierarkis
|
Berjaringan
|
Ruang
lingkup
|
Internal/tertutup
|
Eksternal/terbuka
|
Fokus
sumber
|
Kapital
|
Manusia/informasi
|
Keadaan
|
Statis,
stabil
|
Dinamis,
berubah
|
Fokus
personalia
|
Manajer
|
Profesional
|
Kendali
kunci
|
Penghargaan
dan sanksi
|
Komitmen
|
Petunjuk
|
Perintah
manajemen
|
Manajemen
diri
|
Dasar
tindakan
|
Kontrol
|
Mendukung
tindakan
|
Motivasi
individu
|
Memuaskan
atasan
|
Mencapai
tujuan tim
|
Pembelajaran
|
Keahlian
khusus
|
Kompetensi
lebih luas
|
Dasar
kompensasi
|
Posisi
dalam hierarki
|
Penyelesaian,
level kompeten
|
Hubungan
|
Kompetitif
(wilayah saya)
|
Kooperatif
(tantangan kita)
|
Sikap
karyawan
|
Lepas
(pekerjaan)
|
Identifikasi
(perusahaan saya)
|
Persyaratan
dominan
|
Manajemen
yang baik
|
kepemimpinan
|
Miles
dan rekannya mengidentifikasi tiga jenis desain ulang yang radikal dari
organisasi-organisasi saat ini:
1. Desain
ulang Greenfield
2. Desain
ulang rediskoveri
3. Desain
jaringan
1.2.3 Organisasi
Virtual
Istilah organisasi virtual tidak begitu banyak
muncul karena ia mendeskripsikan sesuatu yang berbeda dari organisasi jaringan.
Istilah itu sendiri merepresentasikan era informasi baru dan permasalahan
seputar kemitraan, aliansi, dan outsourcing yang ditemukan di sejumlah
perusahaan global yang semakin meningkat.
Organisasi virtual merupakan
jaringan perusahaan temporer yang muncul bersama secara cepat untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang muncul akibat perubahan yang cepat.
Berbeda dengan merger dan akuisisi
tradisional, mitra bisnis dalam organisasi virtual berbagi pakai biaya,
keahlian, dan akses ke pasar intternasional. Setiap mitra bisnis memberikan
kontribusi bagi organisasi virtual, yakni kapabilitas utama yang mereka miliki.
Berikut ini adalah ringkasan atribut kunci dari organisasi virtual:
1. Teknologi
2. Oportunisme
3. Tanpa
batas
4. Kepercayaan
5. Keunggulan
Organisasi virtual dapat membantu persaingan dalam
ekonomi global. Aliansi dan kemitraan dengan organisasi lain dapat menjangkauu
seluruh dunia, kesaling-tergantungan spasial dan temporer dengan mudah dapat
menembus berbagai batasan, dan fleksibilitas memungkinkan mudahnya penugasan
dan pengalokasian kembali untuk memanfaatkann dengan cepat berbagai peluang
akibat pergeseran pasar global. Untuk menghindari disintegrasi dan mencapai
keefektifan, diperlukan fokus. Pemimpin organisasi virtual harus punya visi
bersama, merek yang kuat, dan yang paling penting, budaya kepercayaan yang
tinggi.
1.3
Konteks
Budaya Organisasi
1.3.1 Definisi
dan karakteristik
Saat
bergabung dengan perusahaan, masing-masing orang membawa nilai dan kepercayaan
yang diajarkan pada mereka. Akan tetapi
kadang nilai dan kepercayaan tersebut tidak mencukupi untuk membantu individu
berhasil di dalam perusahaan. Manusia perlu belajar bagaimana perusahaan
tertentu melakukan sesuatu. Contoh yang bagus adalah Korps Komando Operasi
Angkatan Laut AS. Selama bootcamp,
instruktur mengajarkan “ cara angkatan laut “. Pelatihan dilakukan untuk
membuang pemikiran secara psikologi dan menstruktur kembali cara berpikir dan
nilai dari para prajurit yang baru saja masuk. Mereka diajar berpikir dan
bertindak seperti Angkatan Laut. Setiap orang yang ada di Angkatan Laut atau
siapapun yang disana akan memverivikasi bahwa Korps AL mencapai
sasarannya. Dalam cara yang lebih
dramatis, organisasi sekarang melakukan hal yang sama. Seperti dinyatakan oleh
mktra bisnis yang bertanggung jawab atas praktik solusi bisnis berbasis
pengetahuan di Ernst & Young’s : “ jika anda memiliki budaya bagi pakai
pengetahuan, maka tidaklah cukup hanya berhenti di bagian atas operasi bisnis.
Baru-baru
ini, Joanne Martin menekankan perbedaan perspektif budaya pada berbagai
organisasi ia menyatakan :
“Saat
individu berhubungan dengan organisasi, mereka berhubungan dengan norma
berpakaian, cerita orang-orang mengenai apa yang terjadi, aturan dan prosedur
formal organisasi, kode perilaku formal, ritual, tugas, sistem gaji, bahasa,
dan lelucon yang hanya dimengerti oleh orang dalam, dan sebaginya. Elemen
tersebut merupakan beberapa manifestasi budaya organisasi “.
Dengan
kata lain, budaya organisasi itu sangat kompleks. Meskipun terdapat sejumlah
masalah dan ketidaksetujuan berkaitan dengan konseptualisasi budaya organisasi,
kebanyakan definisi, termasuk yang sebelumnya, mengakui pentingnya norma dan nilai
yang sama yang memandu perilaku anggota organisasi. Kenyataannya, ada
penelitian yang membuktikan bahwa pendatang baru tidak hanya perlu diajarkan
nilai-nilai budaya, tetapi mereka juga perlu mencari dan mempelajari budaya
organisasi.
Budaya
organisasi punya sejumlah karakteristik penting. Beberapa di antaranya adalah :
1.
Aturan
perilaku yang diamati.
2.
Norma.
3.
Nilai
Dominan.
4.
Filosofi.
5.
Aturan.
6. Iklim Organisasi.
Masing-masing
karakteristik tersebut punya kontroversi dan tingkat dukungan penelitian yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, terdapat kontroversi dalam karya akademis
mengenai persamaan dan perbedaan antara budaya organisasi dan iklim organisasi.
Akan tetapi terdapat dukungan empiris untuk beberapa karakteristik, missal
pentingnya peranan tata letak fisik dalam budaya organisasi.
1.3.2 Keseragaman Budaya
Kesalahan
konsepsi yang biasa terjadi adalah anggapan bahwa organisasi memiliki budaya
yang seragam. Akan tetapi, paling tidak saat antropologi menggunakan konsep
tersebut, mungkin lebih akurat jika memperlakukan organisasi “seolah-olah
mereka punya budaya yang seragam. “semua organisasi ‘punyai’ budaya dalam arti
organisasi terikat dalam budaya social tertentudan merupakan bagian dari budaya
tersebut. Menurut pandangan tersebut, budaya organisasi adalah persepsi umum
yang dipegang oleh anggota organisasi. Setiap manusia dalam organisasi harus
berbagai persepsi ini. Akan tetapi tidak semua melakukannya dengan tingkatan
yang sama. Akibatnya, terdapat budaya dominan dan subbudaya pada organisasi.
Budaya dominan merupakan
kumpulan nilai utama yang dipakai bersama oleh mayoritas anggota organisasi.
Sebagai contoh, banyak karyawan Southwest Airlines menganut nilai kerja keras,
setia pada perusahaan, dan mementingkan layanan pelanggan. Karyawan Southwest
Airlines melakukan nilai-nilai budaya dari hati, seperti : boleh saja bersikap
tidak sopan; tidak apa-apa menjadi diri anda sendiri; senang saat bekerja;
bersaing secara serius, tetapi bukan untuk diri sendiri; dan rela melakukan
apapun bagi pelanggannya.
Contoh
Tabel Nilai Budaya Inti dari Southwest Airlines
Rekrutlah
sikapnya latihlah ketrampilannya
|
Perusahaannya
dengan sengaja mencari pelamar yang punya sikap positif yang akan
meningkatkan kesenangan ditempat kerja dan punya keinginan untuk ‘memberi
warna berbeda’
|
Lakukan
dengan lebih baik, lebih cepat, lebih murah
|
Pengendalian
biaya adalah tanggung jawab pribadi karyawan di Southwest dan digabungkan
kedalam semua program pelatihan.
|
Memberikan
layanan pelanggan (POS) yang benar-benar luar biasa, bagi pelanggan internal
maupun eksternal
|
Filosofi
Southwest ? tangani karyawan lebih dahulu, kemudian mereka dapat menangani
pelanggan.
|
Bersedia
melakukan pekerjaan orang lain.
|
Sebagai
contoh, pilot bekerja dengan pengatur jalur landasan; petugas reservasi
bekerja di university for people; agen layanan pelanggan membantu membawa
barang di bandara.
|
Bertanggung
jawab dan punya rasa memiliki
|
Berinisiatif
mendapatkan nilai tinggi, demikian juga berpikir sendiri, sekalipun hal itu
berarti melanggar manual kebijaksanaan.
|
Rayakanlah
dan bersantailah
|
Lomba
memasak chili, merayakan Halloween yang mewah dan pesta natal di bulan juli
adalah cara memotivasi karyawan.
|
Rayakanlah
kesalahan dan juga kemenangan
|
Mengubah
kegagalan menjadi perkembangan pribadi merupakan bagian dari perayaan
kegagalan, sebuah filosofi yang mendorong usaha untuk mencoba ide-ide baru.
|
Pertahankan
budaya perusahaan tetap hidup dan baik
|
Anggota
komite budaya secara teratur mengunjungi semua pos, menanamkan budaya
perusahaan, dan memotvasi karyawan untuk mempertahankan semangat yang membuat
maskapai ini hebat.
|
Yang penting, tetapi sering terabaikan,
adalah subbudaya dalam organisasi. Subbudaya
merupakan kumpulan nilai yang dipakai bersama dalam kelompok minoritas,
biasanya minoritas kecil dalam anggota organisasi. Biasanya subbudaya adalah
hasil dari masalah atau pengalaman yang dibagi oleh anggota departemen atau
unit. Sebagai contoh, meskipun GE mempunyai satu budaya perusahaan paling
dominan, yakin ‘tanpa batas’ anatar banyak divisi yang berbeda-beda (misalnya,
dari pembangkit daya sampai media, plastic, jasa financial, mesin pesawat
terbang, lokomotif, peralatan medis, dan lampu peralatan rumah tangga ), namun
masing-masing juga memiliki subbudaya yang berbeda.
Subbudaya juga dapat melemahkan dan
merusak organisasi jika mereka konflik dengan budaya dominan dan atau tujuan
keseluruhan akan tetapi, perusahaan yang
sukses menemukan bahwa hal tersebut bukan masalah. Kebanyakan subbudaya
dibentuk untuk membantu anggota kelompok tertentu menangani masalah-masalah
tertentu yang mereka hadapisehari-hari. Anggota juga mungkin mendukung nilai
inti dari nilai budaya dominan. Dalam kasus GE, keberhasilan perusahaan
merupakan “arsitektur social” yang mempersatukan semua subbudaya. Seperti
dikatakan Jack Welch, “GE lebih hebat dari pada jumlah bagiannya karena
kapasitas intelektual yang dihasilkan dalam bisnis dan adanya pembelajaran yang
terus-menerus dibagian, dank karena segera menerapkan hasil pembelajaran.
1.4
Menciptakan dan Mempertahankan Budaya
Budaya
organisasi bisa jadi adalah hasil dari
tindakan langsung dan tidak langsung dari para pendirinya. Akan tetapi, bukan
itu masalahnya. Kadang-kadang pendiri menciptakan budaya yang lemah. Jika
organisasi bertahan, manajer baru harus mampu menabur bibit budaya yang kuat. Thomas Watson, Sr. dari IBM, adalah teladan yang
baik. Saat dia mengambil alih CTR Corporation, saat itu CTR masih merupakan
perusahaan kecil pemanufaktur alat hitung, tabulasi, dan rekaman. Melalui
kepribadiannya yang dominan dan perubahan yang dilakukan perusahaan., Watson
menciptakan budaya yang mendorong IBM
menjadi salah satu perusahaan terbesar dan terbaik di dunia.
IBM adalah
contoh organisasi dimana perubahan budaya harus dilakukan karena perubahan
lingkungan dan nilai budaya utama sebelumnya tidak sejalan dengan apa yang
dibutuhkan untuk bertahan. Pesaing IBM, Apple Computer, adalah contoh bagus
lainnya. Saat Steve Jobs dan mitranya memulai Apple, mereka menciptakan budaya
dimana manusia menjadi kreatif, bekerja menurut proyek yang diminati, dan mengubah produk yang tidak
inovatif.
1.4.1 Bagaimana Budaya Organisasi Dimulai
Meskipun budaya
organisasi berkembang dalam cara-cara berbeda, biasanya dalam prosesnya
melibatkan langka-langkah berikut ini :
a. Seseorang
(pendiri) punya ide untuk perusahaan baru.
b. Pendiri
menerima orang-orang kunci dan menciptakan kelompok inti yang memiliki
persamaan visi dengan pendirinya.
c. Kelompok
inti yang ada mulai bertindak secara konkret untuk menciptakan organisasi
dengan mencari dana, memperoleh hak paten, badan hokum, menentukan tempat,
bangunan, dan lain sebagainya.
d. Pada
titik ini, orang lain masuk ke organisasi, dan sejarah pun dimulai.
halo,,
BalasHapusblogwalking,, :)