2.1 Sifat dan Pentingnya Persepsi
Kunci untuk
memahami persepsi adalah mengakui bahwa persepsi merupakan interpretasi unik
dari suatu situasi, bukan rekaman situasi. Singkatnya, persepsi merupakan
proses kognitif kompleks yang menghasilkan gambaran dunia yang unik, yang
mungkin agak berbeda dari realita.diterapkan pada perilaku organisasi, persepsi
karyawan dapat dianggap sebagai penyaring (filter). Karena persepsi di pelajari
secara luas, dan tidak ada seorang pun yang punya pengetahuan dan pengalaman
yang sama, maka setiap karyawan yang memilikki filter yang unik dan
situasi/rangsangan yang sama bisa jadi menghasilkan reaksi dan perilaku yang
sangat berbeda. Beberapa analisis perilaku karyawan menyoroti filter berikut:
Filter
Andamemberitahu stimuli mana yang perlu diperhatiakan dan mana yang diabaikan;
mana yang disukai dan mana yang dibenci.
Filter tersebut membentuk moivasi bawaan Anda – apakah Anda kompetitif, altruistic, atau
dikendalikan ego? ………….. Filter Anda, lebih dari pada ras, jenis kelamin, atau
kebangsaan Anda, adalah diri Anda sendiri.
Penghargaan
terhadap perbedaan antara dunia persepsi dan dunia riil ini penting untuk
memahami perilaku organisasi. Contoh khususnya adalah asumsi umum yang dibuat
oleh manajer bahwa karyawan selalu menginginkan promosi, padahal kemyataannya
banyak karyawan secara psikologis benar-benar merasa dipaksa menerima promosi.
Manajer jarang berusaha mencari tahu dan kadang-kadang karyawan sendiri tidak
tahu apakah promosi sebaiknya ditawarkan. Dengan kata lain, dunia persepsi
manajer agak berbeda. Salah satu masalh terbesar yang harus diatasioleh pemimpin
organisasi baru adalah kadang-kadang persepsi mereka salah atau negative (lihat
OB dalam tindakan untuk contoh nyatanya) jika hal ini adalah masalah, apa yang
bisa dilakukan? Jawaban terbaik sepertinya adalah mengembangkan pemahaman
konsep yang lebih baik. Secara logika, aplikasi dan teknik langsung muncul
setelah pemahaman yang lengkap. Untuk mulai memahaminya adalah dengan mengerti
perbedaan antara sensasi dan persepsi serta memilikki pengetahuan subproses
kognitif sosial mengenai persepsi.
2.1.1 Sensasi Vs Persepsi
Biasanya
terdapat kesalahpahaman besar mengenai hubungan antara sensasi dan persepsi.
Ahli perilaku secara umum menyetujui bahwa “realita” orang (dunia sekitar
mereka) tergantung pada indera mereka. Akan tetapi, input indera yang mentah
tidaklah cukup. Orang juga harus memproses data indera dan merasakannya agar
memahami dunia sekitar mereka. Jadi, titik awal dalam studi persepsi sebaiknya
menjelaskan hubungan antara persepsi dan sensasi.
Indera fisik
mencakup penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan perasa. Terdapat
banyak hal lagi yang disebut indera keenam. Akan tetapi, tidak satupun indera
keenam, seperti halnya intuisi, yang diterima sepenuhnya oleh para psikolog.
Lima indera diserang secara konstanoleh berbagai rangsangan, baik dari dalam
maupun luar tubuh. Contoh rangsangan dari luar tubuhadalah gelombang cahaya,
gelombang suara, energy mekanis dari berbagai tekanan, dan energy kimia dari
objek yang dapat kita cium dan rasakan. Ransangan dari dalam mencakup energy
yang dihasilkan oleh otot, makanan yang melewati system pencernaan, dan hormone
yang mempengaruhi perilaku pengeluaran kelenjar. Contoh tersebut
mengindikasikan bahwa sensasi berhubungan dengan perilaku yang sangat mendasar,
yang sangat di tentukan oleh fungsi psikologis. Akan tetapi, yang penting
adalah saat ini peneliti mengetahui bahwa telinga, mata, jari tangan dan hidung
hanyalah sebuah pangkalan yang mentransmisi sinyal yang kemudian diproses oleh
system saraf pusat. Seperti dinyatakan oleh salah satu ahli biologi molekuler,
“ Hidung tidak dicium-otaklah yang melakukannya.” Dengan demikian, manusia
menggunakan indera untuk mengalami warna, terang, bentuk kekerasan suara,
gerakan, panas, bau, dan rasa.
Persepsi lebih
kompleks dan lebih luas daripada sensasi. Proses persepsi atau filter dapat
didefinisikan sebagai interaksi seleksi, organisasi dan interpretasi yang
rumit. Persepsi sangat tergantung pada indera untuk data mentah, dan proses
kognitif menyaring, memodifikasi, atau sepenuhnya mengubah data tersebut.
Ilustrasi sederhana mungkin dilihat dengan memerhatikan salah satu sisi benda
tidak bergerak, seperti patung atau pohon. Secara perlahan mengarahkan mata
pada sisi objek yang lain. Orang mungkin merasa bahwa objek bergerak. Tetapi,
menyadari objek sebagai benda tidak bergerak. Proses persepsi mengatasi proses
indera, dan orang ”melihat” objek sebagai benda tidak bergerak. Dengan kata lain, proses persepsi menambah dan
mengurangi dunia indera “riil”.
Berikut ini
beberapa contoh organisasi yang menunjukkan perbedaan antara sensasi dan
persepsi :
1.
Manajer divisi membeli program yang
menurutnya terbaik, bukan program yang baik menurut insinyur perangkat lunak
computer.
2.
Jawaban karyawan terhadap pertanyaan
didasarkan pada apa yang dia dengar dari bosnya, bukan pada apa yang
benar-benar dikatakan bosnya.
3.
Anggota tim yang sama mungkin dipandang
oleh salah satu koleganya sebagai pekerja keras dan oleh yang lain adalah
seorang pemalas.
4.
Produk yang sama mungkin dipandang oleh
tim desain berkualitas tinggi dan oleh pelanggan berkualitas rendah.
2.1.2 Subproses persepsi
Beberapa
subproses membuktikan bahwa persepsi bersifat interaktif dan kompleks. Sub
proses penting yang pertama adalah stimulus atau situasi yang ada. Persepsi
dimulai saat seseorang dihadapkan dengan stimulus atau situasi. Konfrontasi
tersebut dapat terjadi dengan stimulasi indera ,langsung dengan seluruh
lingkungan fisik dan sosial budaya. Contohnya adalah karyawan yang dihadapkan
dengan pengelia atau dengan seluruh lingkungan organisasi. Dia mungkin memulai
proses persepsi karyawan. Dengan kata lain, hal ini merepresentasikan situasi
stimulus yang berinteraksi dengan orang.
Selain interaksi
situasi-manusia, terdapat proses kognitif internal dari registrasi,
interpretasi, dan umpan balik. Selama fenomena registrasi, mekanisme psikologis
(sensor dan system saraf) dipengaruhi ; kemampuan psikologis untuk mendengar
dan melihat akan memengaruhi persepsi. Interpretasi adalah aspek kognitif
persepsi yang paling signifikan. Misalnya, dalam sebuah organisasi, interpretasi
karyawan terhadap situasi sangat tergantung pada pengetahuan dan motivasi dan
kepribadian mereka. Contohnya adalah umpan balik kinestetik (impresi sen-sor
dari otot) yang membantu pekerja pabrik merasakan kecepatan pergerakan material
yang mereka lakukan dalam proses produksi. Contoh umpan balik psikologis yang
mungkin memengaruhi persepsi karyawan adalah alis mata penyelia yang naik atau
perubahan nada suaranya. Penelitian menunjukkan bahwa ekspresi muka dan situasi
tertentu akan memengaruhi persepsi emosi tertentu, seperti takut, marah, atau
rasa sakit. Terminasi perilaku dari persepsi adalah reaksi atau perilaku, baik
secara jelas maupun tersembunyi yang diperlukan jika persepsi dianggap sebagai
suatu perilaku dan dengan demikian merupakan bagian pentingdari perilaku
organisasi. Sebagai hasil persepsi, karyawan mungkin berpindah secara cepat
atau lambat (perilaku jelas) atau melakukan evaluasi diri (perilaku
tersembunyi).
2.2 Selektivitas Perseptual dan Organisasi Perseptual
Setiap orang
terus menerus menghadapi berbagai stimulus. Suara AC atau printer computer,
suara orang berbicara atau bergerak, dan suara dari luar seperti mobil, pesawat
terbang atau pekerjaan perbaikan jalan merupakan beberapa stimulus yang
memengaruhi indera – ditambah dampak seluruh situasi lingkungan. Kadang-kadang,
stimulus berada di ambang bawah sadar seseorang, sebuah proses yang disebut
persepsi subliminal.
2.2.1 Faktor Perhatian dalam
Selektivitas
1. Intensitas.
Prinsip
intensitas perhatian menyatakan bahwa semakin kuat stimulus eksternal, semakin
dapat dirasakan efeknya. Suara keras, bau busuk yang menyengat, atau cahaya
terang akan lebih diperhatikan daripada suara lembut, bau yang tidak tajam,
atau cahaya suram.
2. Ukuran.
Berhubungan
dekat dengan intensitas adalah prinsip ukuran. Dikatakan bahwa semakin besar
objek, semakin mungkin dirasakan. Mesin paling besar “terproyeksi” saat
karyawan memandang bangunan pabrik. Staf insinyur bagian pemeliharaan barang
mungkin memberi perhatian lebih pada mesin besar dari pada mesin yang lebih
kecil, meskipun mesin yang lebih kecil punya harga dan kepentingan yang sama
untuk operasi. Penyelia dengan tinggi badan 1,8 meter dan berat badan 125 kg
mungkin mendapat perhatian lebih dari bawahannyaketimbang penyelia denga tinggi
1,5 meter dengan berat badan 80 kg . Dalam periklanan, iklan dengan ukuran satu
halaman penuh lebih menarik perhatian daripada beberapa baris kata-kata pada
bagian tertentu.
3. Kontras.
Prinsip
kontras menyatakan bahwa stimulus eksternal yang muncul berlawanan dengan latar
belakang atau yang tidak diharapkan akan memperoleh perhatian. Lingkaran hitam
dikanan tampaklebih besar dari pada lingkaran hitam disebelah kiri karena
kontras dengan lingkaran dasarnya. Kedua lingkaran hitam tersebut sebenarnya
berukuran sama. Demikian juga, papan tanda keamanan pabrik yang menggunakan
huruf hitam dengan dasar berwarna kuning atau huruf berwarna putih dengan dasar
merah akan lebih mencuri perhatian; dan ketika penyelia setinggi 1,8 meter
dengan berat 125 kg di tempatkan bersebelahan dengan penyelia setinggi 1,5
meter dengan berat badan 60 kg, penyelia yang lebih kecil mungkin mendapatkan
perhatian yang sama seperti penyelia yang besar. Pekerja yang sudah
bertahun-tahun bekerja jarang memerhatikan suara yang memekakkan telinga
dilantai pabrik dari operasional pemanufakturan. Akan tetapi, jika salah satu
mesin tiba-tiba berhenti, orang akan segera memerhatikan perbedaan tingkat
suara.
4. Pengulangan.
Prinsip
pengulangan menyatakan bahwa stimulus eksternal yang berulang lebih member
perhatian daripada yang Cuma sekali. Jadi, pekerja akan mendengar lebih baik
saat pengarahan untuk tugas menjemukan diberikan lebih dari sekali. Prinsip ini
sebagian menjelaskan mengapa penyelia harus member pengarahan berkali-kali
untuk tugas yang paling sederhana. Perhatian pekerja untuk tugas membosankan
mungkin berkurang, dan satu-satunya cara agar mereka mendengar pengarahan
tersebut adalah penyelia menguranginya beberapa kali. Pengiklan (advertiser)
yang mencoba membuat citra khusus untuk produk yang sama dengan
pesaingnya-seperti aspirin, sabun, dan deodorant-mengandalkan iklan yang
berulang.
5. Gerakan.
Prinsip
gerakan menyatakan bahwa orang akan memberi perhatian lebih pada objek bergerak dalam lingkungan
penglihatan daripada terhadap benda tidak bergerak.
6. Baru dan familiar.
Prinsip
baru dan familiar menyatakan bahwa
situasi eksternal yang baru dan familiar dapat menarik perhatian lebih besar.
Objek atau peristiwa baru yang familiar, dan ojek atau kejadian familiar yang baru akan lebih
menarik perhatian.
2.2.2 Organisasi Perseptual
Sementara
selektivitas persepsi perhubungan dengan variabel eksternal dan internal yang
mendapat perhatian individu, organisasi perseptual fokus pada apa yang terjadi dalam proses persepsi jika
informasi dari situasi tertentu diterima individu jarang menanggapi warna yang
samar-samar, cahaya yang temaram, atau suara yang sayup-sayup.
Figur-Dasar
Figur-dasar
diangap sebagai bentuk paling daasar dari organisasi perseptual. Prinsip
figur-dasar secara sederhana berarti bahwa objek yang ditangapi muncul terpisah
dari latar belakang umum objek tersebut. Hal tersebut dapat didemonstrasikan
secara efektif saat orang membaca paragraf ini.dalam hal stimulus gelombang
cahaya, pembaca menerima potongan bentuk hitam-huruf, kata dan kalimat-tercetak
pada dasar putih.
Pengelompokan
Persepsi
Prisnsip
pengelompokan organisasi perseptual menyatakan bahwa terdapat kecenderungan
dalam mengelompokkan beberapa stumulus secara bersama-sama dalam pola yang
dapat dikenali. Terdapat keseragaman tertentu dalam pengelompokkan. Saat
konstelasi stimulus sederhana diperlihatkan, orang-orang cenderung mengelompokkannya bersama menurut
closure ( Persepsi tidak sempurna, tetapi dianggap sempurna), kontinuitas,
proksimitas, atau persamaan.
- Closure.
Prinsip pengelompokan closure
berhubungan erat dengan bidang psikologi
gestalt. Prinsip dasar gestalt menyatakan bahwa kadang-kadang orang menangapi
secara keseluruhan. Proses perseptual akan menutup jurang yang tidak terisi
dari input sensori.
- Kontinuitas.
Kontinuitas berhubungan erat dengan
closure. Beberepa psikolog bahkan tidak membuat perbedaan antara dua prinsip
pengelompokan tersebut. Akan tetapi, terdapat sedikit perbedaan. Closure memberikan
stimulus yang hilang, sementara prinsip kontinuitas menyatakan bahwa orang
cenderung dapat menerima urutan atau pola berkelanjutan.
- Proksimitas.
Prinsip proksimitas atau kedekatan,
menyatakan bahwa kelompok stimulus yang berdekatan akan ditanggapi sebagai pola
keseluruhan dari bagian-bagian bersama, sebagai contoh, beberapa karyawan dalam
organisasi mungkin didentifikasi sebagai kelompok tunggal dikarenakan
proksimitas fisik.
- Kesamaan.
Prinsip kesamaan atau similaritas
menyatakaan bahwa kelompok stimulus, semakin besar kecenderungan untuk
mengangap mereka sebagai satu kelompok umum.
Konstansi Perseptual
Konstansi
merupakan salah satu bentuk organisasi perseptual yang paling sulit. Konstansi
memberikan rasa stabilitas dalam dunia yang selalu berubah. Prinsip ini
mengizinkan individu untuk memiliki beberapa konstansi dalam variabel yang
besar dan dalam dunia yang sangat kompleks. Pengetahuan memainkan peranan lebih
besar dalam fenomena konstansi daripada fenomena figur dasar atau
pengelompokan.
Ukuran,bentuk,warna
keterangan dan lokasi objek cukup kontras tanpa memperdulikan informasi yang
diterima oleh indra. Harus ditekankanbahwa konstansipersepsi dihasilkan dari
pola tanda. Pola tersebut adalah bagian yang paling dipelajari, tetapi setiap
situasi berbeda dan terdapat interaksi antara kecenderungan bawaan sejak lahir
dan yang dipelajari dalam proses persepsi keseluruhan.
Jika konstansi tidak berhasil, maka
dunia menjadi sangat kacau dan tidak teratur. Contoh organisasionalnya adalah
seorang karyawaan yang harus memilih potongan materi atau alat dengan ukuran
yang tepat dari berbagai materi dan alat
yang punya ukuran berbeda dengan di tempat kerja.
Konteks perseptual
Bentuk
organisasi perseptual yang paling tinggi dan canggih adalah konteks. Konteks memberi
arti dan nilai untuk menyederhanakan stimulus, objek, peristiwa, situasi, dan
orang lain dalam lingkungan. Budaya dan struktur organisai membuat konteks
primer karyawan dan manajer dalam melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka
rasakan.
Budaya dan struktur organisasi membuat konteks primer karyawan
dan manajer dalam melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka rasakan.jadi,
permintaan verbal, pesan e-mail, kebijakan baru, saran, alias yang terangkat,
atau tepukan di punggung mempunyai arti dan nilai khusus dalam konteks
organisasi kerja.
2.3 Persepsi
Sosial
Meskipun prinsip
selektivitas dan organisasi berhubungan erat dengan persepsi sosial, bagian ini
membahas persepsi sosial secara independen. Aspek sosial persepsi dibahas secara detail karena punya
pesan penting dalam perilaku organisasi. Persepsi sosial berhubungan langsung
dengan bagaimana individu menangapi individu lain: bagaimana kita mengenal
orang lain.
2.3.1 Karakteristik Orang yang
Menilai dan yang Dinilai
Ringkasan
kesimpulan penelitian klasik mengenai beberapa karakteristik spesifik dari
orang yang menilai dan dinilai menunjukan profil orang yang menilai sebagai
berikut :
1. Mengenal
diri sendiri memudahkan untuk melihat orang lain secara akurat.
2. Karakteristik
seseorang mempengaruhi karakteristik yang dilihatnya pada orang lain.
3. Orang
yang menerima dirinya kemungkinan besar dapat melihat aspek favorabel dari
orang lain
4. Ketepatan
dalam menilai orang lain bukan keahlian tunggal.
Keempat karakter tersebut sangat mempengaruhi
bagaimana seseorang menilai orang lain dalam situasi lingkungan. Karakteristik
tertentu dari orang yang dinilai juga mempengaruhi persepsi sosial. Penelitian
menunjukkan bahwa :
1. Status
seseorang yang dinilai sangat mempengaruhi persepsi orang lain terhadap orang
tersebut.
2. Orang
yang dinilai biasanya ditempatkan dalam kategori untuk menyederhanakan
aktivitas persepsi orang yang menilai. Dua kategori yang umum adalah status dan
peran.
3. Ciri
yang dapat dilihat dari orang yang dinilai akan sangat mempengaruhi persepsi
seseorang tehadap orang tersebut.
Karakteristik penilai dan orang
yang dinilai menunjukkan kompleksitas persepsi sosial. Peserta organisasi harus
menyadari bahwa persepsi mereka terhadap seseorang sangat dipengaruhi oleh
karakteristik mereka sendiri dan karakteristik orang lain.
Terdapat berbagai faktor kompleks
yang masuk dalam persepsi sosial, tetapi yang paling penting adalah masalah
yang berhubungan dengan stereotip, hallo effect, dan proses kognitif dari
atribusi sebab akibat yang dibahas selanjutnya.
2.3.2 Stereotip
Istilah stereotip mengacu pada
kecendrungan dalam menilai seseorang (itu persepsi sosial) termasuk pada kelas
atau kategori tunggal. Kata itu
sendiri berasal dari kata typographer, alat untuk mencetak gambar yang dibuat
dari komposisi sebelumnya. Dapa tahun 1922, wilter lippmann mengunakan kata
seperti Demikian, stereotip sering digunakan untuk mendeskripsikan kesalahan
persepsi secara khusus, kata tersebut digunakan untuk menganalisis prasangka.
Faktanya adalah stereotip menghubungkan ciri yang baik atau tidak baik pada
orang yang sedang dinilai.
Stereotip sangat mempengaruhi
persepsi sosial dalam organisasi sekarang. Kelompok yang umumnya ter-stereotip
adalah manajer, penyelia, pekerja ahli, anggota serikat, orang muda, orang tua,
minoritas, perempuan, pekerja kerah putih dan kerah biru, dan semua spesialis
staf dan fungsional, misalnya akuntan, tenaga penjualan, programmer komputer,
dan insinyur.
2.3.3 Halo Effect
Halo
effect dalam persepsi sosial mirip dengan stereotip. Dalam stereotip, orang
dinilai menurut kategori tunggal, sedangkan dalam halo effect orang dinilai
berdasarkan suatu ciri. Apapun cirinya, ciri tersebut dapat menyingkirkan semua
ciri lain yang membentuk persepsi tehadap seseorang. Pemikiran terbaru mengenai
halo effect dapat diringkas dari literatur penelitian ekstensif sebagai berikut
.
1. Halo
effect merupakan kesalahan umun sang penilai.
2. Halo
effect memiliki komponen nyata dan ilusi.
3. Halo
effect menyebabkan naiknya korelasi di antara berbagai dimensi penilaian dan
itu karena pengaruh evaluasi umum dan penilaian spesifik.
4. Halo
effect memiliki konsekuensi negatif dan sebaliknya dihindari atau dihilangkan.
2.4
ATRIBUSI
Seperti disebutkan dalam komentar
pendahuluan, atribusi mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab
perilaku orang lain atau dirinya sendiri. Atribusi adalah proses kognitif di
mana orang menarik kesimpulan mengenai faktor yang mempengaruhi atau masuk akal
terhadap perilaku orang lain. Diterapkan
pada persepsi sosial, terdapat dua jenis umum atribusi yang dibuat orang:
atribusi disposisional, yang mengangap perilaku seseorang berasal dari faktor
internal seperti ciri kepribadian, motivasi,atau kemampuan dan atribusi
situasional yang menghubungkan perilaku seseorang dengan faktor eksternal seperti peralatan atau
pengaruh sosial dari orang lain.
2.4.1
Teori atribusi
Teori atribusi berkaitan dengan
hubungan antara persepsi sosial personal dan perilaku interpersonal. Terdapat
sejumlah teori atribusi, tetapi teori-teori tersebut memberikan asumsi sebagai
berikut :
1. Kita
mencari yang masuk akal dari dunia kita.
2. Kita
sering mengatribusi tindakan-tindakan orang lain, entah dengan penyebab
internal atau dengan penyebab eksternal.
3. Kita
bertindak dalam cara-cara yang cukup logis.
2.4.2 Atribusi
Locus of Control
Dengan menggunakan
locus of control, perilaku kerja bisa dijelaskan melalui penilaian karyawan
terhadap hasil mereka saat di kontrol secara internal atau eksternal. Karyawan
yang merasakan kontrol internal merasa bahwa secara personal mereka dapat
mempengaruhi hasil melalui kemampuan, keahlian, atau usaha mereka sendiri.
Karyawan yang menilai kontrol eksternal merasa bahwa hasil mereka di luar
kontrol, mereka merasa bahwa kekuatan-kekuatan eksternal, seperti keberuntungan
atau kesulitan tugas, mengontrol hasil mereka. Locus of control yang dinilai
ini mempunyai dampak yang berbeda terhadap kinerja dan kepuasan mereka.
Selain itu, atribusi
berhubungan dengan simbolisme oraganisasi, yang hasilnya menunjukkan bahwa
untuk memahami organisasi, orang harus mengenali sifat simbolis organisasi.
Sebagai contoh, penelitian menemukan bahwa simbol merupakan sumber informasi
menonjol yang digunakan untuk menampilkan impresi iklim psikologi mereka.
2.4.3
Atribusi Lainnya
Teori atribusi memberi
banyak kontribusi untuk memahami perilaku organisasi dengan lebih baik. Akan
tetapi, dimensi lain selain locus of control internal dan eksternal juga perlu
diperhitungkan dan dipelajari. Misalnya, Bernard Weiner menyatakan bahwa
dimensi stabilitas ( tetap dan tidak tetap ) juga harus dikenali.
Atribusi eksternal
berarti bahwa tugas terlalu sulit atau ada tekanan luar (dari rumah atau teman
kerja) yang menghambat kinerja.
Selain Kelley, ahli
teori lain yang terkenal, seperti Weiner, menggunakan teori atribusi untuk
membantu menjelaskan motivasi prestasi dan untuk memprediksi perubahan
berurutan dalam kinerja dan bagaimana orang menilai dirinya sendiri. Beberapa
penemuan penelitian dari kerja Weiner mencakup hal berikut ini :
1. Atribusi
tidak beruntung (eksternal) menghasilkan sesuatu yang negatif, tetapi atribusi
beruntung (eksternal) mengurangi kegembiraan yang berkaitan dengan
keberhasilan.
2. Saat
individu menghubungkan kesuksesan mereka dengan faktor internal daripada faktor
eksternal, mereka memiliki harapan yang lebih tinggi untuk keberhasilan masa
mendatang, memiliki hasrat yang lebih besar untuk berprestasi, dan menetapkan
tujuan kinerja yang lebih tinggi.
2.4.4 Kesalahan Atribusi
Psikolog sosial
mengenali dua bias potensial ketika orang membuat atribusi. Yang pertama
disebut kesalahan atribusi fundamental. Penelitian menemukan bahwa orang lebih
cenderung mengabaikan kekuatan situasional yang kuat saat menjelaskan perilaku
orang lain. Orang cenderung menghubungkan perilaku orang lain dengan faktor
personal (misalnya intelegensi, kemampuan, motivasi, sikap, atau kepribadian), bahkan
ketika sangat jelas bahwa situasi atau keadaanlah yang menyebabkan orang
berperilaku seperti yang mereka lakukan.
Bias atribusi lain yang
muncul dari penelitian adalah orang cenderung memberi pada diri sendiri sesuatu
yang menyenangkan. Bias mementingkan diri sendiri (self-serving) telah
ditemukan dalam banyak studi, orang siap menerima penghargaan saat dikatakan
mereka berhasil (menghubungkan sukses dengan kemampuan dan usaha mereka),
bahkan menghubungkan kegagalan dengan faktor eksternal situasional seperti
nasib sial atau masalah yang sifatnya “ tidak mungkin “. Sebagai contoh, dalam
menjelaskan kemenangan mereka, atlet secara umum menghargai diri sendiri,
tetapi mereka lebih sering menghubungkan kegagalan dengan suatu hal nasib sial,
ofisial yang buruk, atau tim lain yang lebih hebat.
2.5Manajemen Impresi
Mengingat
persepsi sosial berhubungan dengan bagaimana seseorang menilai orang lain dan
atribusi adalah bagaimana orang menjelaskan perilaku diri sendiri dan orang
lain, manajemen impresi (kadang-kadang disebut “persepsi diri”) merupakan
proses dimana orang berusaha mengelolah atau mengontrol persepsi yang dibentuk
orang lain terhadap dirinya.
2.5.1
Proses Manajemen Impresi
Seperti proses kognitif
lain, manajemen impresi mempunyai banyak dimensi konseptual dan telah diteliti
dalam hubungannya dengan agresi, perubahan sikap, atribusi, kemudahan sosial,
dan kepemimpinan. Dua komponen manajemen impresi yang terpisah telah
diidentifikasi motivasi impresi. Secara khusus dalam konteks kerja, bawahan
mungkin dimotivasi untuk mengontrol cara bos menilai mereka.
Konstruksi impresi,
proses utama lainnya, berhubungan dengan jenis impresi tertentu yang dibuat
seseorang dan bagaimana mereka
melakukannya. Meskipun beberapa ahli teori jenis impresi hanya pada karakter
personal, namun ahli lain melibatkan hal-hal lain sperti sikap, keadaan fisik,
minat, atau nilai.
2.5.2
Strategi Manajemen Impresi pada Karyawan
Terdapat dua strategi
dasar dari manajemen impresi yang dapat dilakukan karyawan, yaitu strategi
prenventatif demosi dan strategi memperkuat promosi. Strategi preventatif
demosi ditandai dengan hal-hal berikut:
1. Alasan.
Usaha karyawan untuk memaafkan atau membenarkan tindakan mereka.
2.
Permintaan
maaf.
Saat tidak ada jalan keluar secara logis, karyawan mungkin meminta maaf pada
bosnya atas beberapa kejadian negatif.
3.
Disasosiasi.
Ketika karyawan secara idak langsung berhubungan dengan sesuatu yang salah
(misalnya, mereka adalah anggota sebuah komite atau tim kerja yang membuat
keputusan yang buruk), maka mereka akan secara diam-diam memberitahu bos mereka
bahwa mereka berjuang untuk yang benar tapi ditolak.
Strategi memperkuat
promosi mencakup hal berikut ini :
1.
Penghargaan.
Dengan menggunakan pendekatan ini, karyawan merasa bahwa mereka tidak diberi
penghargaan untuk hasil positif yang mereka capai.
2.
Kehebatan.
Di
sini, karyawan sudah menerima penghargaan, tetapi menunjukkan bahwa mereka
benar-benar melakukannya dengan lebih baik dan punya dampak yang lebih besar
daripada yang dipikirkan.
3.
Penyingkapan
hambatan. Dalam strategi ini, karyawan mengidentifikasi
hambatan personal (kesehatan atau keluarga) atau organisasi (kekurangan sumber
daya atau kerja sama) yang harus mereka hadapi untuk mencapai hasil.
4.
Asosiasi.
Di
sini, karyawan memastikan untuk terlihat oleh orang yang tepat pada saat yang
tepat.
Strategi sebelumnya membantu membentuk
impresi atau persepsi. Motivasi pada sebagian karyawan mungkin atau tidak
mungkin tidak menjadi usaha yang disengaja untuk memperhebat diri dalam hal
pekerjaan, kekuatan politik, promosi, dan penghargaan dalam bentuk uang.
Berikut ini adalah beberapa
pedoman yang ditawarkan untuk anggota organisasi, yang akan membantu mereka
mengenali berbagai taktik dan motif manajemen impresi di baliknya :
1. Seseorang
sebaiknya mencari strategi manajemen impresi dan probablilitas tinggi.
2. Sebaiknya
ada usaha untuk meminimalkan fitur personal, situasional, dan organisasional
yang membantu mengembangkan manajemen impresi yang tidak diinginkan.
3. Seseorang
sebaiknya mencari motif tersembunyi dan menghindari pengaruh yang terlalu besar
dari manajemen impresi.
Kesimpulannya, nasihat
terbaik barangkali adalah nasihat yang ditawarkan oleh William Gardner pada
akhir analisis manajemen impresi. Dia menyatakan : “Saat memilih citra, jangan
pernah mencoba sesuatu yang bukan diri anda. Orang akan melihat kepalsuan.
Jadi, berusahalah untuk berpenampilan terbaik tetapi jangan pernah mengorbankan
identitas atau integritas anda”.
0 komentar:
Posting Komentar