Google Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Jumat, 30 Maret 2012

SIFAT & PERSEPSI


2.1 Sifat dan Pentingnya Persepsi
Kunci untuk memahami persepsi adalah mengakui bahwa persepsi merupakan interpretasi unik dari suatu situasi, bukan rekaman situasi. Singkatnya, persepsi merupakan proses kognitif kompleks yang menghasilkan gambaran dunia yang unik, yang mungkin agak berbeda dari realita.diterapkan pada perilaku organisasi, persepsi karyawan dapat dianggap sebagai penyaring (filter). Karena persepsi di pelajari secara luas, dan tidak ada seorang pun yang punya pengetahuan dan pengalaman yang sama, maka setiap karyawan yang memilikki filter yang unik dan situasi/rangsangan yang sama bisa jadi menghasilkan reaksi dan perilaku yang sangat berbeda. Beberapa analisis perilaku karyawan menyoroti filter berikut:
Filter Andamemberitahu stimuli mana yang perlu diperhatiakan dan mana yang diabaikan; mana yang disukai  dan mana yang dibenci. Filter tersebut membentuk moivasi bawaan Anda – apakah  Anda kompetitif, altruistic, atau dikendalikan ego? ………….. Filter Anda, lebih dari pada ras, jenis kelamin, atau kebangsaan Anda, adalah diri Anda sendiri.

Penghargaan terhadap perbedaan antara dunia persepsi dan dunia riil ini penting untuk memahami perilaku organisasi. Contoh khususnya adalah asumsi umum yang dibuat oleh manajer bahwa karyawan selalu menginginkan promosi, padahal kemyataannya banyak karyawan secara psikologis benar-benar merasa dipaksa menerima promosi. Manajer jarang berusaha mencari tahu dan kadang-kadang karyawan sendiri tidak tahu apakah promosi sebaiknya ditawarkan. Dengan kata lain, dunia persepsi manajer agak berbeda. Salah satu masalh terbesar yang harus diatasioleh pemimpin organisasi baru adalah kadang-kadang persepsi mereka salah atau negative (lihat OB dalam tindakan untuk contoh nyatanya) jika hal ini adalah masalah, apa yang bisa dilakukan? Jawaban terbaik sepertinya adalah mengembangkan pemahaman konsep yang lebih baik. Secara logika, aplikasi dan teknik langsung muncul setelah pemahaman yang lengkap. Untuk mulai memahaminya adalah dengan mengerti perbedaan antara sensasi dan persepsi serta memilikki pengetahuan subproses kognitif sosial mengenai persepsi.


2.1.1 Sensasi Vs Persepsi
Biasanya terdapat kesalahpahaman besar mengenai hubungan antara sensasi dan persepsi. Ahli perilaku secara umum menyetujui bahwa “realita” orang (dunia sekitar mereka) tergantung pada indera mereka. Akan tetapi, input indera yang mentah tidaklah cukup. Orang juga harus memproses data indera dan merasakannya agar memahami dunia sekitar mereka. Jadi, titik awal dalam studi persepsi sebaiknya menjelaskan hubungan antara persepsi dan sensasi.
Indera fisik mencakup penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan perasa. Terdapat banyak hal lagi yang disebut indera keenam. Akan tetapi, tidak satupun indera keenam, seperti halnya intuisi, yang diterima sepenuhnya oleh para psikolog. Lima indera diserang secara konstanoleh berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh. Contoh rangsangan dari luar tubuhadalah gelombang cahaya, gelombang suara, energy mekanis dari berbagai tekanan, dan energy kimia dari objek yang dapat kita cium dan rasakan. Ransangan dari dalam mencakup energy yang dihasilkan oleh otot, makanan yang melewati system pencernaan, dan hormone yang mempengaruhi perilaku pengeluaran kelenjar. Contoh tersebut mengindikasikan bahwa sensasi berhubungan dengan perilaku yang sangat mendasar, yang sangat di tentukan oleh fungsi psikologis. Akan tetapi, yang penting adalah saat ini peneliti mengetahui bahwa telinga, mata, jari tangan dan hidung hanyalah sebuah pangkalan yang mentransmisi sinyal yang kemudian diproses oleh system saraf pusat. Seperti dinyatakan oleh salah satu ahli biologi molekuler, “ Hidung tidak dicium-otaklah yang melakukannya.” Dengan demikian, manusia menggunakan indera untuk mengalami warna, terang, bentuk kekerasan suara, gerakan, panas, bau, dan rasa.
Persepsi lebih kompleks dan lebih luas daripada sensasi. Proses persepsi atau filter dapat didefinisikan sebagai interaksi seleksi, organisasi dan interpretasi yang rumit. Persepsi sangat tergantung pada indera untuk data mentah, dan proses kognitif menyaring, memodifikasi, atau sepenuhnya mengubah data tersebut. Ilustrasi sederhana mungkin dilihat dengan memerhatikan salah satu sisi benda tidak bergerak, seperti patung atau pohon. Secara perlahan mengarahkan mata pada sisi objek yang lain. Orang mungkin merasa bahwa objek bergerak. Tetapi, menyadari objek sebagai benda tidak bergerak. Proses persepsi mengatasi proses indera, dan orang ”melihat” objek sebagai benda tidak bergerak.  Dengan kata lain, proses persepsi menambah dan mengurangi dunia indera “riil”.
Berikut ini beberapa contoh organisasi yang menunjukkan perbedaan antara sensasi dan persepsi :
1.      Manajer divisi membeli program yang menurutnya terbaik, bukan program yang baik menurut insinyur perangkat lunak computer.
2.      Jawaban karyawan terhadap pertanyaan didasarkan pada apa yang dia dengar dari bosnya, bukan pada apa yang benar-benar dikatakan bosnya.
3.      Anggota tim yang sama mungkin dipandang oleh salah satu koleganya sebagai pekerja keras dan oleh yang lain adalah seorang pemalas.
4.      Produk yang sama mungkin dipandang oleh tim desain berkualitas tinggi dan oleh pelanggan berkualitas rendah.
2.1.2 Subproses persepsi
Beberapa subproses membuktikan bahwa persepsi bersifat interaktif dan kompleks. Sub proses penting yang pertama adalah stimulus atau situasi yang ada. Persepsi dimulai saat seseorang dihadapkan dengan stimulus atau situasi. Konfrontasi tersebut dapat terjadi dengan stimulasi indera ,langsung dengan seluruh lingkungan fisik dan sosial budaya. Contohnya adalah karyawan yang dihadapkan dengan pengelia atau dengan seluruh lingkungan organisasi. Dia mungkin memulai proses persepsi karyawan. Dengan kata lain, hal ini merepresentasikan situasi stimulus yang berinteraksi dengan orang.
Selain interaksi situasi-manusia, terdapat proses kognitif internal dari registrasi, interpretasi, dan umpan balik. Selama fenomena registrasi, mekanisme psikologis (sensor dan system saraf) dipengaruhi ; kemampuan psikologis untuk mendengar dan melihat akan memengaruhi persepsi. Interpretasi adalah aspek kognitif persepsi yang paling signifikan. Misalnya, dalam sebuah organisasi, interpretasi karyawan terhadap situasi sangat tergantung pada pengetahuan dan motivasi dan kepribadian mereka. Contohnya adalah umpan balik kinestetik (impresi sen-sor dari otot) yang membantu pekerja pabrik merasakan kecepatan pergerakan material yang mereka lakukan dalam proses produksi. Contoh umpan balik psikologis yang mungkin memengaruhi persepsi karyawan adalah alis mata penyelia yang naik atau perubahan nada suaranya. Penelitian menunjukkan bahwa ekspresi muka dan situasi tertentu akan memengaruhi persepsi emosi tertentu, seperti takut, marah, atau rasa sakit. Terminasi perilaku dari persepsi adalah reaksi atau perilaku, baik secara jelas maupun tersembunyi yang diperlukan jika persepsi dianggap sebagai suatu perilaku dan dengan demikian merupakan bagian pentingdari perilaku organisasi. Sebagai hasil persepsi, karyawan mungkin berpindah secara cepat atau lambat (perilaku jelas) atau melakukan evaluasi diri (perilaku tersembunyi).
2.2 Selektivitas Perseptual dan Organisasi Perseptual
Setiap orang terus menerus menghadapi berbagai stimulus. Suara AC atau printer computer, suara orang berbicara atau bergerak, dan suara dari luar seperti mobil, pesawat terbang atau pekerjaan perbaikan jalan merupakan beberapa stimulus yang memengaruhi indera – ditambah dampak seluruh situasi lingkungan. Kadang-kadang, stimulus berada di ambang bawah sadar seseorang, sebuah proses yang disebut persepsi subliminal.
2.2.1 Faktor Perhatian dalam Selektivitas
1.      Intensitas.
Prinsip intensitas perhatian menyatakan bahwa semakin kuat stimulus eksternal, semakin dapat dirasakan efeknya. Suara keras, bau busuk yang menyengat, atau cahaya terang akan lebih diperhatikan daripada suara lembut, bau yang tidak tajam, atau cahaya suram.
2.      Ukuran.
Berhubungan dekat dengan intensitas adalah prinsip ukuran. Dikatakan bahwa semakin besar objek, semakin mungkin dirasakan. Mesin paling besar “terproyeksi” saat karyawan memandang bangunan pabrik. Staf insinyur bagian pemeliharaan barang mungkin memberi perhatian lebih pada mesin besar dari pada mesin yang lebih kecil, meskipun mesin yang lebih kecil punya harga dan kepentingan yang sama untuk operasi. Penyelia dengan tinggi badan 1,8 meter dan berat badan 125 kg mungkin mendapat perhatian lebih dari bawahannyaketimbang penyelia denga tinggi 1,5 meter dengan berat badan 80 kg . Dalam periklanan, iklan dengan ukuran satu halaman penuh lebih menarik perhatian daripada beberapa baris kata-kata pada bagian tertentu.
3.      Kontras.
Prinsip kontras menyatakan bahwa stimulus eksternal yang muncul berlawanan dengan latar belakang atau yang tidak diharapkan akan memperoleh perhatian. Lingkaran hitam dikanan tampaklebih besar dari pada lingkaran hitam disebelah kiri karena kontras dengan lingkaran dasarnya. Kedua lingkaran hitam tersebut sebenarnya berukuran sama. Demikian juga, papan tanda keamanan pabrik yang menggunakan huruf hitam dengan dasar berwarna kuning atau huruf berwarna putih dengan dasar merah akan lebih mencuri perhatian; dan ketika penyelia setinggi 1,8 meter dengan berat 125 kg di tempatkan bersebelahan dengan penyelia setinggi 1,5 meter dengan berat badan 60 kg, penyelia yang lebih kecil mungkin mendapatkan perhatian yang sama seperti penyelia yang besar. Pekerja yang sudah bertahun-tahun bekerja jarang memerhatikan suara yang memekakkan telinga dilantai pabrik dari operasional pemanufakturan. Akan tetapi, jika salah satu mesin tiba-tiba berhenti, orang akan segera memerhatikan perbedaan tingkat suara.
4.      Pengulangan.
Prinsip pengulangan menyatakan bahwa stimulus eksternal yang berulang lebih member perhatian daripada yang Cuma sekali. Jadi, pekerja akan mendengar lebih baik saat pengarahan untuk tugas menjemukan diberikan lebih dari sekali. Prinsip ini sebagian menjelaskan mengapa penyelia harus member pengarahan berkali-kali untuk tugas yang paling sederhana. Perhatian pekerja untuk tugas membosankan mungkin berkurang, dan satu-satunya cara agar mereka mendengar pengarahan tersebut adalah penyelia menguranginya beberapa kali. Pengiklan (advertiser) yang mencoba membuat citra khusus untuk produk yang sama dengan pesaingnya-seperti aspirin, sabun, dan deodorant-mengandalkan iklan yang berulang.
5.      Gerakan.
Prinsip gerakan menyatakan bahwa orang akan memberi perhatian  lebih pada objek bergerak dalam lingkungan penglihatan daripada terhadap benda tidak bergerak.
6.      Baru dan familiar.
Prinsip baru dan familiar menyatakan  bahwa situasi eksternal yang baru dan familiar dapat menarik perhatian lebih besar. Objek atau peristiwa baru yang familiar, dan ojek atau  kejadian familiar yang baru akan lebih menarik perhatian.


2.2.2 Organisasi Perseptual
Sementara selektivitas persepsi perhubungan dengan variabel eksternal dan internal yang mendapat perhatian individu, organisasi perseptual fokus pada  apa yang terjadi dalam proses persepsi jika informasi dari situasi tertentu diterima individu jarang menanggapi warna yang samar-samar, cahaya yang temaram, atau suara yang sayup-sayup.
                                
Figur-Dasar
Figur-dasar diangap sebagai bentuk paling daasar dari organisasi perseptual. Prinsip figur-dasar secara sederhana berarti bahwa objek yang ditangapi muncul terpisah dari latar belakang umum objek tersebut. Hal tersebut dapat didemonstrasikan secara efektif saat orang membaca paragraf ini.dalam hal stimulus gelombang cahaya, pembaca menerima potongan bentuk hitam-huruf, kata dan kalimat-tercetak pada dasar putih.
Pengelompokan Persepsi
Prisnsip pengelompokan organisasi perseptual menyatakan bahwa terdapat kecenderungan dalam mengelompokkan beberapa stumulus secara bersama-sama dalam pola yang dapat dikenali. Terdapat keseragaman tertentu dalam pengelompokkan. Saat konstelasi stimulus sederhana diperlihatkan, orang-orang  cenderung mengelompokkannya bersama menurut closure ( Persepsi tidak sempurna, tetapi dianggap sempurna), kontinuitas, proksimitas, atau persamaan.
  1. Closure.
Prinsip pengelompokan closure berhubungan erat dengan  bidang psikologi gestalt. Prinsip dasar gestalt menyatakan bahwa kadang-kadang orang menangapi secara keseluruhan. Proses perseptual akan menutup jurang yang tidak terisi dari input sensori.
  1. Kontinuitas.
Kontinuitas berhubungan erat dengan closure. Beberepa psikolog bahkan tidak membuat perbedaan antara dua prinsip pengelompokan tersebut. Akan tetapi, terdapat sedikit perbedaan. Closure memberikan stimulus yang hilang, sementara prinsip kontinuitas menyatakan bahwa orang cenderung dapat menerima urutan atau pola berkelanjutan.

  1. Proksimitas.
Prinsip proksimitas atau kedekatan, menyatakan bahwa kelompok stimulus yang berdekatan akan ditanggapi sebagai pola keseluruhan dari bagian-bagian bersama, sebagai contoh, beberapa karyawan dalam organisasi mungkin didentifikasi sebagai kelompok tunggal dikarenakan proksimitas fisik.
  1. Kesamaan.
Prinsip kesamaan atau similaritas menyatakaan bahwa kelompok stimulus, semakin besar kecenderungan untuk mengangap mereka sebagai satu kelompok umum.
Konstansi Perseptual
Konstansi merupakan salah satu bentuk organisasi perseptual yang paling sulit. Konstansi memberikan rasa stabilitas dalam dunia yang selalu berubah. Prinsip ini mengizinkan individu untuk memiliki beberapa konstansi dalam variabel yang besar dan dalam dunia yang sangat kompleks. Pengetahuan memainkan peranan lebih besar dalam fenomena konstansi daripada fenomena figur dasar atau pengelompokan.
Ukuran,bentuk,warna keterangan dan lokasi objek cukup kontras tanpa memperdulikan informasi yang diterima oleh indra. Harus ditekankanbahwa konstansipersepsi dihasilkan dari pola tanda. Pola tersebut adalah bagian yang paling dipelajari, tetapi setiap situasi berbeda dan terdapat interaksi antara kecenderungan bawaan sejak lahir dan yang dipelajari dalam proses persepsi keseluruhan.
Jika konstansi tidak berhasil, maka dunia menjadi sangat kacau dan tidak teratur. Contoh organisasionalnya adalah seorang karyawaan yang harus memilih potongan materi atau alat dengan ukuran yang tepat dari berbagai materi  dan alat yang punya ukuran berbeda dengan di tempat kerja.
Konteks perseptual
Bentuk organisasi perseptual yang paling tinggi dan canggih adalah konteks. Konteks memberi arti dan nilai untuk menyederhanakan stimulus, objek, peristiwa, situasi, dan orang lain dalam lingkungan. Budaya dan struktur organisai membuat konteks primer karyawan dan manajer dalam melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka rasakan.
Budaya dan struktur  organisasi membuat konteks primer karyawan dan manajer dalam melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka rasakan.jadi, permintaan verbal, pesan e-mail, kebijakan baru, saran, alias yang terangkat, atau tepukan di punggung mempunyai arti dan nilai khusus dalam konteks organisasi kerja.
2.3 Persepsi Sosial
Meskipun prinsip selektivitas dan organisasi berhubungan erat dengan persepsi sosial, bagian ini membahas persepsi sosial secara independen. Aspek sosial persepsi dibahas secara detail karena punya pesan penting dalam perilaku organisasi. Persepsi sosial berhubungan langsung dengan bagaimana individu menangapi individu lain: bagaimana kita mengenal orang lain.
2.3.1 Karakteristik Orang yang Menilai dan yang Dinilai
Ringkasan kesimpulan penelitian klasik mengenai beberapa karakteristik spesifik dari orang yang menilai dan dinilai menunjukan profil orang yang menilai sebagai berikut :
1.      Mengenal diri sendiri memudahkan untuk melihat orang lain secara akurat.
2.      Karakteristik seseorang mempengaruhi karakteristik yang dilihatnya pada orang lain.
3.      Orang yang menerima dirinya kemungkinan besar dapat melihat aspek favorabel dari orang lain
4.      Ketepatan dalam menilai orang lain bukan keahlian tunggal.
Keempat karakter tersebut sangat mempengaruhi bagaimana seseorang menilai orang lain dalam situasi lingkungan. Karakteristik tertentu dari orang yang dinilai juga mempengaruhi persepsi sosial. Penelitian menunjukkan bahwa :
1.      Status seseorang yang dinilai sangat mempengaruhi persepsi orang lain terhadap orang tersebut.
2.      Orang yang dinilai biasanya ditempatkan dalam kategori untuk menyederhanakan aktivitas persepsi orang yang menilai. Dua kategori yang umum adalah status dan peran.
3.      Ciri yang dapat dilihat dari orang yang dinilai akan sangat mempengaruhi persepsi seseorang tehadap orang tersebut.
Karakteristik penilai dan orang yang dinilai menunjukkan kompleksitas persepsi sosial. Peserta organisasi harus menyadari bahwa persepsi mereka terhadap seseorang sangat dipengaruhi oleh karakteristik mereka sendiri dan karakteristik orang lain.
Terdapat berbagai faktor kompleks yang masuk dalam persepsi sosial, tetapi yang paling penting adalah masalah yang berhubungan dengan stereotip, hallo effect, dan proses kognitif dari atribusi sebab akibat yang dibahas selanjutnya.
2.3.2 Stereotip
Istilah stereotip mengacu pada kecendrungan dalam menilai seseorang (itu persepsi sosial) termasuk pada kelas atau kategori tunggal. Kata itu sendiri berasal dari kata typographer, alat untuk mencetak gambar yang dibuat dari komposisi sebelumnya. Dapa tahun 1922, wilter lippmann mengunakan kata seperti Demikian, stereotip sering digunakan untuk mendeskripsikan kesalahan persepsi secara khusus, kata tersebut digunakan untuk menganalisis prasangka. Faktanya adalah stereotip menghubungkan ciri yang baik atau tidak baik pada orang yang sedang dinilai.
Stereotip sangat mempengaruhi persepsi sosial dalam organisasi sekarang. Kelompok yang umumnya ter-stereotip adalah manajer, penyelia, pekerja ahli, anggota serikat, orang muda, orang tua, minoritas, perempuan, pekerja kerah putih dan kerah biru, dan semua spesialis staf dan fungsional, misalnya akuntan, tenaga penjualan, programmer komputer, dan insinyur.
2.3.3 Halo Effect       
Halo effect dalam persepsi sosial mirip dengan stereotip. Dalam stereotip, orang dinilai menurut kategori tunggal, sedangkan dalam halo effect orang dinilai berdasarkan suatu ciri. Apapun cirinya, ciri tersebut dapat menyingkirkan semua ciri lain yang membentuk persepsi tehadap seseorang. Pemikiran terbaru mengenai halo effect dapat diringkas dari literatur penelitian ekstensif sebagai berikut .
1.      Halo effect merupakan kesalahan umun sang penilai.
2.      Halo effect memiliki komponen nyata dan ilusi.
3.      Halo effect menyebabkan naiknya korelasi di antara berbagai dimensi penilaian dan itu karena pengaruh evaluasi umum dan penilaian spesifik.
4.      Halo effect memiliki konsekuensi negatif dan sebaliknya dihindari atau dihilangkan.

2.4 ATRIBUSI
Seperti disebutkan dalam komentar pendahuluan, atribusi mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri. Atribusi adalah proses kognitif di mana orang menarik kesimpulan mengenai faktor yang mempengaruhi atau masuk akal terhadap perilaku orang lain. Diterapkan pada persepsi sosial, terdapat dua jenis umum atribusi yang dibuat orang: atribusi disposisional, yang mengangap perilaku seseorang berasal dari faktor internal seperti ciri kepribadian, motivasi,atau kemampuan dan atribusi situasional yang menghubungkan perilaku seseorang dengan  faktor eksternal seperti peralatan atau pengaruh sosial dari orang lain.
2.4.1 Teori atribusi
Teori atribusi berkaitan dengan hubungan antara persepsi sosial personal dan perilaku interpersonal. Terdapat sejumlah teori atribusi, tetapi teori-teori tersebut memberikan asumsi sebagai berikut :
1.      Kita mencari yang masuk akal dari dunia kita.
2.      Kita sering mengatribusi tindakan-tindakan orang lain, entah dengan penyebab internal atau dengan penyebab eksternal.
3.      Kita bertindak dalam cara-cara yang cukup logis.
2.4.2  Atribusi Locus of Control
Dengan menggunakan locus of control, perilaku kerja bisa dijelaskan melalui penilaian karyawan terhadap hasil mereka saat di kontrol secara internal atau eksternal. Karyawan yang merasakan kontrol internal merasa bahwa secara personal mereka dapat mempengaruhi hasil melalui kemampuan, keahlian, atau usaha mereka sendiri. Karyawan yang menilai kontrol eksternal merasa bahwa hasil mereka di luar kontrol, mereka merasa bahwa kekuatan-kekuatan eksternal, seperti keberuntungan atau kesulitan tugas, mengontrol hasil mereka. Locus of control yang dinilai ini mempunyai dampak yang berbeda terhadap kinerja dan kepuasan mereka.
Selain itu, atribusi berhubungan dengan simbolisme oraganisasi, yang hasilnya menunjukkan bahwa untuk memahami organisasi, orang harus mengenali sifat simbolis organisasi. Sebagai contoh, penelitian menemukan bahwa simbol merupakan sumber informasi menonjol yang digunakan untuk menampilkan impresi iklim psikologi mereka.

2.4.3 Atribusi Lainnya
Teori atribusi memberi banyak kontribusi untuk memahami perilaku organisasi dengan lebih baik. Akan tetapi, dimensi lain selain locus of control internal dan eksternal juga perlu diperhitungkan dan dipelajari. Misalnya, Bernard Weiner menyatakan bahwa dimensi stabilitas ( tetap dan tidak tetap ) juga harus dikenali.
Atribusi eksternal berarti bahwa tugas terlalu sulit atau ada tekanan luar (dari rumah atau teman kerja) yang menghambat kinerja.
Selain Kelley, ahli teori lain yang terkenal, seperti Weiner, menggunakan teori atribusi untuk membantu menjelaskan motivasi prestasi dan untuk memprediksi perubahan berurutan dalam kinerja dan bagaimana orang menilai dirinya sendiri. Beberapa penemuan penelitian dari kerja Weiner mencakup hal berikut ini :

1.      Atribusi tidak beruntung (eksternal) menghasilkan sesuatu yang negatif, tetapi atribusi beruntung (eksternal) mengurangi kegembiraan yang berkaitan dengan keberhasilan.
2.      Saat individu menghubungkan kesuksesan mereka dengan faktor internal daripada faktor eksternal, mereka memiliki harapan yang lebih tinggi untuk keberhasilan masa mendatang, memiliki hasrat yang lebih besar untuk berprestasi, dan menetapkan tujuan kinerja yang lebih tinggi.
2.4.4 Kesalahan Atribusi
Psikolog sosial mengenali dua bias potensial ketika orang membuat atribusi. Yang pertama disebut kesalahan atribusi fundamental. Penelitian menemukan bahwa orang lebih cenderung mengabaikan kekuatan situasional yang kuat saat menjelaskan perilaku orang lain. Orang cenderung menghubungkan perilaku orang lain dengan faktor personal (misalnya intelegensi, kemampuan, motivasi, sikap, atau kepribadian), bahkan ketika sangat jelas bahwa situasi atau keadaanlah yang menyebabkan orang berperilaku seperti yang mereka lakukan.
Bias atribusi lain yang muncul dari penelitian adalah orang cenderung memberi pada diri sendiri sesuatu yang menyenangkan. Bias mementingkan diri sendiri (self-serving) telah ditemukan dalam banyak studi, orang siap menerima penghargaan saat dikatakan mereka berhasil (menghubungkan sukses dengan kemampuan dan usaha mereka), bahkan menghubungkan kegagalan dengan faktor eksternal situasional seperti nasib sial atau masalah yang sifatnya “ tidak mungkin “. Sebagai contoh, dalam menjelaskan kemenangan mereka, atlet secara umum menghargai diri sendiri, tetapi mereka lebih sering menghubungkan kegagalan dengan suatu hal nasib sial, ofisial yang buruk, atau tim lain yang lebih hebat.
2.5Manajemen Impresi
Mengingat persepsi sosial berhubungan dengan bagaimana seseorang menilai orang lain dan atribusi adalah bagaimana orang menjelaskan perilaku diri sendiri dan orang lain, manajemen impresi (kadang-kadang disebut “persepsi diri”) merupakan proses dimana orang berusaha mengelolah atau mengontrol persepsi yang dibentuk orang lain terhadap dirinya.
2.5.1 Proses Manajemen Impresi
Seperti proses kognitif lain, manajemen impresi mempunyai banyak dimensi konseptual dan telah diteliti dalam hubungannya dengan agresi, perubahan sikap, atribusi, kemudahan sosial, dan kepemimpinan. Dua komponen manajemen impresi yang terpisah telah diidentifikasi motivasi impresi. Secara khusus dalam konteks kerja, bawahan mungkin dimotivasi untuk mengontrol cara bos menilai mereka.
Konstruksi impresi, proses utama lainnya, berhubungan dengan jenis impresi tertentu yang dibuat seseorang dan bagaimana  mereka melakukannya. Meskipun beberapa ahli teori jenis impresi hanya pada karakter personal, namun ahli lain melibatkan hal-hal lain sperti sikap, keadaan fisik, minat, atau nilai.
2.5.2 Strategi Manajemen Impresi pada Karyawan
Terdapat dua strategi dasar dari manajemen impresi yang dapat dilakukan karyawan, yaitu strategi prenventatif demosi dan strategi memperkuat promosi. Strategi preventatif demosi ditandai dengan hal-hal berikut:
1.      Alasan. Usaha karyawan untuk memaafkan atau membenarkan tindakan mereka.
2.      Permintaan maaf. Saat tidak ada jalan keluar secara logis, karyawan mungkin meminta maaf pada bosnya atas beberapa kejadian negatif.
3.      Disasosiasi. Ketika karyawan secara idak langsung berhubungan dengan sesuatu yang salah (misalnya, mereka adalah anggota sebuah komite atau tim kerja yang membuat keputusan yang buruk), maka mereka akan secara diam-diam memberitahu bos mereka bahwa mereka berjuang untuk yang benar tapi ditolak.
Strategi memperkuat promosi mencakup hal berikut ini :
1.      Penghargaan. Dengan menggunakan pendekatan ini, karyawan merasa bahwa mereka tidak diberi penghargaan untuk hasil positif yang mereka capai.
2.      Kehebatan. Di sini, karyawan sudah menerima penghargaan, tetapi menunjukkan bahwa mereka benar-benar melakukannya dengan lebih baik dan punya dampak yang lebih besar daripada yang dipikirkan.
3.      Penyingkapan hambatan. Dalam strategi ini, karyawan mengidentifikasi hambatan personal (kesehatan atau keluarga) atau organisasi (kekurangan sumber daya atau kerja sama) yang harus mereka hadapi untuk mencapai hasil.
4.      Asosiasi. Di sini, karyawan memastikan untuk terlihat oleh orang yang tepat pada saat yang tepat.
Strategi sebelumnya membantu membentuk impresi atau persepsi. Motivasi pada sebagian karyawan mungkin atau tidak mungkin tidak menjadi usaha yang disengaja untuk memperhebat diri dalam hal pekerjaan, kekuatan politik, promosi, dan penghargaan dalam bentuk uang.
Berikut ini adalah beberapa pedoman yang ditawarkan untuk anggota organisasi, yang akan membantu mereka mengenali berbagai taktik dan motif manajemen impresi di baliknya :
1.      Seseorang sebaiknya mencari strategi manajemen impresi dan probablilitas tinggi.
2.      Sebaiknya ada usaha untuk meminimalkan fitur personal, situasional, dan organisasional yang membantu mengembangkan manajemen impresi yang tidak diinginkan.
3.      Seseorang sebaiknya mencari motif tersembunyi dan menghindari pengaruh yang terlalu besar dari manajemen impresi.
Kesimpulannya, nasihat terbaik barangkali adalah nasihat yang ditawarkan oleh William Gardner pada akhir analisis manajemen impresi. Dia menyatakan : “Saat memilih citra, jangan pernah mencoba sesuatu yang bukan diri anda. Orang akan melihat kepalsuan. Jadi, berusahalah untuk berpenampilan terbaik tetapi jangan pernah mengorbankan identitas atau integritas anda”.

0 komentar:

Posting Komentar